Dengan ditetapkannya Tahun Ajaran Baru yang dimulai pada hari ini Senin (13/7/2020), tentu saja pertanyaan yang mengemuka selanjutnya adalah: Apakah aktivitas belajar-mengajar akan kembali dilakukan secara tatap muka di kelas? Jika ya, bagaimana protokol kesehatannya?
Perihal ini, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menyebutkan sejumlah kabupaten/kota dapat mulai melakukan pembelajaran tatap muka jika termasuk ke dalam zona hijau. Itupun baru berlaku bagi jenjang SMP dan SMA/SMK. SD akan menyusul di bulan berikutnya.
Selain itu, mesti ada kesepakatan antara sekolah dan orangtua. "Jadinya, sekolah-sekolah kalau mau membuka kembali pembelajaran tatap muka harus benar-benar meyakinkan semua orangtua bahwa protokol kesehatan di sekolahnya itu sudah sangat mapan," tegas Nadiem Makarim memberi keterangan ke Kompas.com pada Sabtu (11/7/2020).
Selang beberapa hari sebelumnya, Sekolah Calon Perwira TNI Angkatan Darat Bandung mengonfirmasi 1200 kasus positif Covid-19 di kalangan siswa, pengajar, dan staf. Kasus ini meningkatkan kewaspadaan bagi institusi pendidikan berbasis asrama lainnya yang rentan menjadi klaster baru Covid-19.
Meski demikian, Kompas.com juga memuat beberapa opini orangtua murid yang menghendaki supaya sekolah kembali dibuka untuk pembelajaran tatap muka meski angka positif Covid-19 masih tinggi.
Kompasianer, mungkin kamu adalah guru, orangtua, atau siswa yang tengah menghadapi dilema dengan Tahun Ajaran Baru 2020 ini? Apakah kamu termasuk yang menginginkan pembelajaran langsung di sekolah ataukah virtual dari rumah? Apa alasannya?
Dan bagaimana pandangan kamu mengenai infrastruktur teknologi di pelosok apabila sekolah diterapkan sepenuhnya dari rumah?
Tuliskan reportase dan opini Tahun Ajaran Baru 2020. Bisa berupa cerita tentang kebijakan sekolah yang unik menurutmu, keinginan anak, situasi terkini di lingkungan sekolah, keseruan menyiapkan sekolah anak bagi jenjang SD, dan lain sebagainya. Sematkan label Tahun Ajaran Baru 2020 pada setiap konten Anda.