DAMASKUS, KOMPAS.com - Nama aslinya adalah Aldiansyah Syamsudin. Namun, ketika berada di Suriah, namanya berubah menjadi Abu Assam Al Indonisiy.
Dari sebuah kantor unit kontra-terorisme di Suriah Utara, Aldiansyah menceritakan bahwa dia dulunya adalah seorang tukang masak di Bogor, Jawa Barat.
Namun, masa depannya berubah setelah pergi ke Suriah, dan bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Selama menjadi anggota ISIS, Aldiansyah belajar menembak menggunakan senapan mesin, dan AK-47. ISIS menjanjikannya empat istri, sebuah mobil, dan sebuah rumah, yang nyatanya merupakan janji belaka.
Baca juga : Ingin Gabung ISIS, Warga Irak di AS Dipenjara 16 Tahun
Menjadi satu-satunya anggota ISIS yang selamat setelah sebuah serangan udara menghancurkan kendaraan dan para pejuang ISIS lainnya, Aldiansyah ditinggal dalam keadaan "terluka, sakit, dan kelaparan".
Dia kemudian diabaikan oleh warga sekitar sebelum akhirnya ditangkap Pasukan Demokratik Suriah (SDF).
Sekarang, Aldiansyah ingin pulang, dan mengaku tidak akan berbahaya bagi Indonesia, ataupun negara lain.
"ISIS sudah tidak peduli dengan saya. Lantas, mengapa saya harus mengikuti ajaran mereka?" kata Aldiansyah dikutip dari Australia Plus Rabu (20/12/2017).
Dari Dapur Menuju Medan Perang
Perjalanan Aldiansyah dimulai setelah lulus dari pondok pesantren di Bogor.
Melihat ajaran ISIS di internet, Aldiansyah menjadi radikal, dan bergabung dengan sebuah kelompok bernama Gadi Gado lewat pesan di Telegram.