Mohon tunggu...
Abdul Salam Atjo
Abdul Salam Atjo Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuluh Perikanan

Karyaku untuk Pelaku Utama Perikanan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Inilah Cara Eksportir Patuhi Konsumen Udang Jepang

4 Agustus 2016   20:08 Diperbarui: 4 Agustus 2016   21:05 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konsumen di Jepang cukup teliti  dan berhati-hati memilih produk pangan yang diimpor dari luar negeri. Untuk komoditi hasil perikanan Indonesia khususnya udang windu  (Penaeus monodon) atau tiger prawn, masuk Jepang melalui prosudur yang ketat. Tidak hanya melihat kebersihan dan kualitasnya tetapi juga mereka ingin tahu bagaimana udang windu itu diproduksi, apakah ramah lingkungan atau tidak.  

Secara berkala asosiasi konsumen udang dari Jepang melakukan kunjungan di sentra-sentra budidaya udang windu di Indonesia. Selain melihat langsung kawasan tambak dan ekosistemnya juga menelusuri proses produksi dari mulai pengadaan induk udang, benur, proses produksi di tambak hingga panen dan penanganan setelah panen hingga ekspor ke Jepang.

            Guna merespon keinginan pasar udang windu di Jepang maka ekssportir udang windu untuk Jepang, Alter Trade Indonesia (Atina) Sidoarjo kerjasama dengan Walmart Foundation, IDH, Sutainable Fisheries Pathnership melaksanakan training Zonal Managemen kepada 5.000 petambak udang windu tradisional di delapan provinsi di seluruh Indonesia. Dari target tersebut 1.000 diantaranya berada di Sulsel. “ Kabupaten Pinrang telah kami latih sekitar  500 orang petambak tradisional yang tersebar di Jampue kelurahan Lanrisang kecamatan Lanrisang, desa Mattombong kecamatan Mattirosompe dan kelurahan Data kecamatan Duampanua,” Hendra.

            Staf Atina Sidoarjo, Hendra menjelaskan, kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk  meningkatkan produktivitas udang windu yang selama ini anjlok akibat menurunnya kualitas lingkungan dan serangan penyakit. Karena itu petani tambak diajak secara perlahan mengurangi penggunaan pakan buatan, obat dan pupuk kimia dalam budidaya udang windu.

            Dikatakan Hendra pelatihan untuk pembudidaya udang ini sejalan dengan program Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pinrang sehingga materi dari pelatihan tersebut dapat  dikembangkan dan diaplikasikan dalam sekolah lapang pembudidaya udang..

            Narasumber dalam pelatihan tersebut Jaja Subagja Dinata, petambak sukses dari pantura mengemukakan, untuk keberhasilan budidaya udang diperlukan pengaturan wilayah. Selama ini  isu utama yang terjadi dalam pengaturan wilayah budidaya udang antara lain pengaruh dari lokasi budidaya udang di suatu wilayah memberikan beban terhadap perubahan dan kerusakan lingkungan. Selain itu kata Jaja, kawasan budidaya belum memperhatikan kemampuan daya dukung sehingga beban kawasan makin berat.”Resiko penularan penyakit dalam satu kawasan budidaya makin tinggi karena tidak dikelola melalui manajemen secara terkoordinasi antara pembudidaya,” papar Jaja.

            Menjawab keluhan petambak tentang penyakit udang yang melanda beberapa kawasan pertambakan di Pinrang, Jaja mengatakan, sampai saat ini belum ada obat yang ampuh untuk menyembuhkan penyakit viirus yang menyerang udang di tambak. Kenatian udang di tambak tidak semua diakibatkan oleh penyakit, namun bisa disebabkan oleh perubahan kualitas air tambak terutama setelah turun hujan. Karena itu Jaja mengharapkan agar petambak menebarkan kapur dolomit di tambak setelah turun hujan untuk menetralkan pH air karena air hujan banyak mengandung asam yang dapat menurunkan pH air tambak.

             Dalam kesempatan tersebut Jaja mengharapkan agar penggunaan pupuk kimia dan obat-obatan kimia agar secara perlahan dapat ditinggalkan. Dikatakan Jaja Subagja, banyak pupuk laternatif untuk menggantikan fungsi pupuk sintetik tersebut. “Misalnya limbah pertanian berupa jerami, sekam bisa diolah menjadi pupuk pengganti urea dan TSP seperti jerami padi, sekam, dedak dan bahan-bahan organik lainnya,” ungkap Jaja. Bahan-bahan organik tersebut dapat diolah menjadi pupuk kompos dan pupuk bokasi yang dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga dapat menghemat biaya. Pupuk organik hasil fermentasi dari jerami padi dapat menumbuhkan plankton di tambak untuk pakan udang.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun