Orang zaman dulu punya persepsi yang berbeda terhadap alat kelamin. Seks yang sekarang dianggap tabu, dulunya justru wajib diceritakan.
Berbagai macam bentuk penis ada di museum. Dipamerkan pula dalam arak-arakan di Jepang. Di Thailand ia dipuja agar dapat keturunan yang terhormat. Ini belum termasuk legenda rakyat yang nyeleneh dan konyol.
Bandingkan dengan masa kini. Semuanya harus diceritakan dengan sangat hati-hati. Agar santun, tidak jijik, dan tidak kena pasal. Tapi, semua adalah bagian dari kenyataan. Bahwa leluhur kita lebih paham tentang norma kesusilaan dan kenyataan yang ada.
Keciprat sperma di Afrika Barat
Suku Bamana menganggap bahwa Bumi adalah sesosok Dewi bernama Lennaya. Tiada bedanya dengan konsep budaya lain pada umumnya. Tapi, bagi suku Banama, langit adalah suami untuk Bumi.
Terjebak di antara suami istri memang mengenaskan. Suku Bamana bahkan tidak berani sembarang melubangi tanah. Harus minta izin, takut sang Suami marah kalau istrinya sampai kesakitan.
Yang lebih bingung jika dewa-dewi ini sedang kasmaran. Mereka bercinta.
Apa yang bisa dilakukan oleh suku Bamana? Ya, mereka harus pasrah kena ciprat sperma sang dewa. Itulah hujan yang membuahi bumi.
Vagina Terbang Kohe-kohe-lele
Alat kelamin adalah bagian yang harus ditutupi. Bayangkan jika seorang wanita berkeliaran tanpa berbusana. Malu dan tidak bermoral.