Entah apa yang terjadi di Kompasiana akhir-akhir ini. Mungkin gegara topil yang aneh-aneh. Masa Puber, Pasca Pensiun, Cinta Segitiga, dan yang terakhir malah lebih seram; Hubungan Tanpa Status.
Perlu dipahami Kompasiana isinya penulis. Penulis itu adalah seniman. Pantas meresapi hasil karya sebagai sesuatu yang personal. Topil jelas menggugah iman dan imron.
Jadi, kalau ada yang kemudian menangis termehek-mehek dan tidak sanggup lagi menulis, salahkan Topil!
Dimulai dari pensiunnya Mas Yon Bayu. Ia menganggap idealismenya dalam menelurkan tulisan politik terlalu sering dikekang. Ia pun pensiun dari K dan menjadi pengamat misteri.
Lalu diikuti oleh Mba Ari Budiyanti, dalam jejak terakhirnya ia telah mengucapkan selamat tinggal. Romantisme bersama ibunya yang ia tuangkan dalam puisi, tidak dilirik admin.
Ada pun Khrisna Pabichara. Meskipun belum sepenuhnya, sepertinya ia juga bakal pensiun dari K. Ini terkait dengan gambar (thumbnail) pada tulisan puisinya yang terakhir.
Kayaknya Daeng ini akan menjadi pejuang kemerdekaan yang sabang hari menyusuri Sungai Kelara di Kota Jeneponto. Sambil membawa bendera Merah Putih tentunya. Bye-bye Kompasiana!
Situasi semakin genting dengan semakin banyak tulisan sejenis. Mengungkapkan kekecewaan terhadap apa yang terjadi. Tak luput dari pengamatan Acek, sebuah tulisan dari Kompasianer Ign Joko Dwiatmoko. (klik di sini)
Mas Joko menggambarkan Kompasiana sebagai sebuah ujian. Acek dapat melihat tulisan tersebut ditulis dengan sepenuh hati. Tentang arti perjuangan suram yang tidak diperhatikan.