Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Oh Mama, Oh Papa, Mengapa Aku Mirip Anak Tetangga

23 Desember 2020   18:19 Diperbarui: 23 Desember 2020   18:37 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak mirip anak tetangga (sumber: health.detik.com)

Seperti apa dirimu, lihatlah siapa orangtuamu. Tilikan ini tidak bisa diabaikan, kamu adalah darah daging ayah ibu. Lantas jika dirimu tidak mirip sama sekali dengan mereka, apakah itu adalah masalah gen atau memang anak tetangga?

Nah, aku sendiri sudah didaulat mirip mama. Mau dari sisi apa, pokoknya mirip wae. Meskipun demikian, darah seniku berasal dari papa. Mama, aku gambarkan sebagai seorang yang sangat efisien, tidak suka buang-buang waktu, dan kalau nyanyi, suaranya sumbang. Sementara papa tergila-gila dengan sastra China kuno. Ia pencinta seni kaligrafi.  

Sejak dulu, saya sudah terbiasa mendengar pujian dari sahabat-sahabat papa dan mama. Katanya sih, kalau anak lelaki yang wajahnya mirip ibu, maka ia akan mendatangkan hoki bagi keluarga. Mitos!

Mitos judulnya. Gosip isinya.

"Kalau anak perempuan mukanya sama mamanya, suami istri sering bertengkar lho."

"Kalau anak laki-laku wajahnya sama mamanya, biasanya bandel ya."  

Mitos seperti ini sering kita dengarkan dan tidak bisa diabaikan. Implikasinya ternyata sangat kuat dan bisa menentukan nasib seorang anak. Lho kok bisa?

Kehadiran seorang bayi dalam keluarga adalah hal yang kompleks. Ia bisa mendatangkan kebahagiaan, namun bisa juga mendatangkan malapetaka. Sperma ayah bisa saja berceceran, tapi kamu tetap lahir dari rahim ibu seorang.

Sepele? Tidak. Manusia zaman dulu sudah sangat menyadari pentingnya pernyataan ini. Secara psikologis, seorang ayah tak pernah bisa memastikan bahwa bayi yang dilahirkan pasangannya adalah hasil dari benihnya.

Jadi, pada saat seorang bayi yang baru lahir lantas diberi pujian, "wah, wajahnya mirip ayah, ya," jangan sepelekan. Seorang ayah akan cenderung merawat dan melindungi anak yang dianggap mirip dengan wajahnya.

Sebuah buku karya Nicolas Wade, dengan judul, "Before the Dawn: Recovering the Lost History of Our Ancestors (2006)," turut mendukung teori ini.

Buku yang dibuat berdasarkan riset ini mengatakan bahwa pada umumnya, seorang bayi memiliki fitur wajah yang standar. Karakter yang samar pada seorang bayi bisa mirip dengan siapa pun, atau sebaliknya, tidak mirip dengan siapa saja. Semuanya adalah masalah imajinasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun