Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku Trauma dengan Sang Merah Putih

23 Januari 2020   13:41 Diperbarui: 23 Januari 2020   18:27 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Nusantara News

Pengalaman dicambuk dengan rotan di atas telapak tangan masih membekas dalam benak. Rasa sakitnya seperti apa tidak akan pernah hilang sampai hayat dikandung badan.

Kejadiannya pada saat saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 4. Mendapat giliran piket pada jam usai sekolah, alih-alih menghapus papan tulis, bendera Merah Putih-pun jadi sasaran taplak tangan.

Entah disengaja (atau tidak sengaja), tanpa interogasi apalagi berhati-hati, guru killer andalan, langsung melayangkan rotan kesayangan.

"Plak... Plak... Plak." bunyinya.

Masih teringat akan kumis Pak Frans yang naik turun setiap kali rotan mendarat di atas kedua telapak tangan, dan masih terbayang bagaimana teman teman kelas menertawakanku yang kesakitan.

Mau berteriak takut malu, mau menangis takut dosa...

Sampai di rumah, bukannya rasa iba yang menyambut, tapi justru makian dari ibu karena sudah membuat guru kesal. Entah karena latar belakang ibu yang mengenyam Pendidikan di sekolah Tionghoa jaman dulu, di mana menghormati guru adalah hal yang mutlak, atau karena Pendidikan sosial pada jaman tersebut yang selalu menekankan betapa pentingnya menghormati Sang Saka Merah Putih.

Pentingnya menghormati Sang Saka Merah Putih saat itu...

Tatapan mata guru killer, yang melotot pada saat upacara bendera di setiap senin pagi, membuat badan kaku bagaikan manekin. Jangankan bercanda, bernafas pun rasanya susah, khususnya pada saat lagu Indonesia Raya berkumandang.

Sudah beberapa kasus di mana teman kelas menjalani berbagai hukuman. Mulai dari menjadi jemuran di tengah lapangan, berdiri di depan kelas, sampai dicambuk dengan rotan. Semuanya karena bercanda pada saat upacara pengibaran bendera sedang berlangsung.

Nilai standar kebangsaan wajib menjadi pengetahuan bagi anak Indonesia pada zamannya. Menghafal Pancasila lebih penting dibandingkan melafalkan doa Bapak Kami. Syarat kenaikan kelas harus memiliki nilai 6 pada mata pelajaran Bahasa, Matematika, dan PMP (Pendidikan Moral Pancasila). Semuanya dimaksud agar bangsa Indonesia memiliki Nasionalisme yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun