Begitu pula dengan pemilih, terkadang jika ada ditahun politik mereka lupa pada dosa-dosa apa yang pernah dibuat oleh politikus di masa sebelumnya da nada saja yang masih memilih.
Karena bagaimanapun berpolitik dalam wacana partai politik, contohnya  PDIP yang kini berada dikekuasaan politik pemerintah Jokowi. Sudah tidak seperti lupa bagaimana saat menjadi oposisi, dimana kedekatan PDIP dan Buruh terjalin lewat berbagai demostrasi.
Salah satu demonstrasi tersebut adalah kenaikan harga BBM masa pemerintahan SBY, bukankah kini tidak terlihat lagi PDIP di demo UU Cipta Kerja bersama buruh?
Mengingat PDIP adalah partai yang berkuasa kini, tidak mungkin akan melawan pemerintah Jokowi bersama dengan buruh untuk melawan UU Cipta Kerja.
Mungkinkah berbedanya dengan PDIP yang dulu, dimana lewat kadernya Rieke Diah Pitaloka sewaktu PDIP masih menjadi oposisi dan mau berjuang dengan buruh turun ke jalan untuk suatu kepentingan politik belaka?
Bukankah sukses PDIP berkuasa pasca pemerintahan SBY, setelah berbagai perlawanan kebijakan pemerintahan SBY dulu efektif dalam demostrasi membela buruh dan menentang kebijakan pemerintahan yang tidak pro rakyat, salah satu jalan mencari simpati rakyat untuk berkuasa?
Oleh sebab itu buntut dari sahnya UU Cipta Kerja, mungkin buruh dan berbagai elemen masyarakat lainnya yang menetang UU Cipta Kerja dapat saja beralih dukungan politik.
Maka kini jika dibandingakan antara Puan Maharani dari PDIP dan AHY dari Partai Demokrat, mungkin buruh lebih memilih dukung AHY jadi Presiden jika maju di pilpres 2024 dan Partai Demokrat yang berkuasa. Tentu tidak lain memilih adalah kesamaan sikap dimana kontra UU Cipta Kerja.Â