Sejak diberlakukan program pemerintah dari kompor minyak tanah sampai saat ini menjadi berbahan bakar gas sebagai alat memasak rumah tangga. Tungku ibu saya memang tidak pernah berubah menghiasi dapur belakang rumah.
Tungku yang disebut juga pawon sebutan nama di deraah saya di Cilacap, Jawa Tengah adalah alat instalasi yang dirancang sebagai tempat pembakaran sehingga bahan bakar dapat digunakan untuk memanaskan sesuatu.
Meskipun dalam perjalanan waktu, kompor didapur tetap ada di rumah saya. Namun dimasa yang sudah lalu maupun saat ini.
 Kompor berbahan bakan minyak tanah yang saat ini bertraformasi menjadi gas tetap tidak dapat mengantikan peranannya secara mutlak oleh tungku.
Memang istilah yang melekat pada "tungku" ribet, kotor,serta belum dengan asap yang dihasilkan terkadang menganggu.
Bahkan jika itu diletakan didalam ruangan, ruangan tersebut akan kotor dibuatnya oleh asap api tungku tersebut. Belum dengan sisa-sisa pembakaran kayu.
Tetapi apapun ketidaknyamanan yang dihasilkan "tungku" perannya tetap menjadi pilihan utama ibu saya sebagai alat untuk memasak.Â
Karena hampir setiap hari pagi dan sore hari, tungku digunakan ibu saya untuk memasak air hingga memasak sayuran untuk lauk makan.
Alasan yang pertama adalah menghemat biaya. Sebab dengan tungku, ibu saya dapat menghemat biaya untuk membeli bahan bakar seperti gas saat ini--- dulu minyak tanah.Â
Mungkin jika tidak diselingi tungku sebagai alat memasak, setiap dua minggu atau satu minggu, gas untuk kompor tersebut akan cepat habis guna memasak air dan sayuran yang dilakukan pagi dan sore oleh ibu saya.
Oleh karena itu dengan adanya tungku sebagai cadangan alat pembakaran yang efiesen biaya membuat pengeluaran belanja dapat ditekan untuk kebutuhan membeli gas. Selama ini kompor gas hanya digunakan oleh ibu saya memasak jika malas menggunakan tungku.