Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Manusia: Narasinya adalah Konsekuensi?

11 Juli 2020   11:54 Diperbarui: 14 Juli 2020   17:00 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: theduran.com

Tentu sesuatu yang mengundang kegagalan akan menjadi pertanyaan, bukan untuk dirinya sendiri saja tetapi juga manusia lain yang hidup saling melihat antara satu manusia dan manusia lainnya.

Pengalaman yang memang tidak cukup menyadarkan, terlebih ketika pilihan untuk menikah lagi jatuh pada orang yang mungkin sama dalam menanggapi pengalamannya yaitu; bercerai-menikah kemudian cerai lagi. 

Apakah sesederhana itu suatu keluhuran dalam pernikahan ditanggapi secara santai tanpa melihat sesuatu dan menjadi suatu konsekwensi? Cenderung membuat keputusan menikah adalah keputusan yang mudah, begitupun keputusan dalam bercerai tetapi tidak sadar pada pengaruh yang akan dirasakan itu bukan hanya dirinya tetapi juga orang lain yang ada di sekitarnya.

Bukankah menjadi pertanyaan ketika banyak pengalaman disana; "manusia harus menyadari itu"! saya kira perceraian tidak  buruk namun; apakah perceraiaan tidak membekas? 

Jelas pengalaman terburuk manusia bukan saja luka-luka yang harus dibawa dalam hati dan pengalamannya, tetapi juga pada apa yang diturunkannya seperti "anak" yang harus menyadari; dirinya terpisah dengan ibu atau ayah kandungnya sendiri yang memilih untuk berpisah.

Dalam hal penafsiran memang tidak ada ibu maupun ayah yang tertukur, ibu tetaplah ibu dan ayah tetap juga ayah. Tetapi tidakkah menjadi latar belakang psikologis yang baru bagi anak manusia ketik mendapati apa yang berbeda dari dirinya? 

Melihat teman-temannya yang keluarganya masih utuh, apakah tidak membuat sesuatu yang dirindukan anak dan dipertanyakan mengapa dirinya itu berbeda dengan anak-anak lainnya yang keluarganya masih utuh?

Terlebih pengalaman jika tidak menyadarkan antar masing-masing manusia, bukankah akan menjadi siklus yang berulang bahwa; keputusan mencerai beraikan keluarga merupakan sesuatu yang mudah tetapi tidak gampang menjadi sesuatu yang dijalani? 

Kemudian anak sebagai korban dari kesederhanaan dalam mengambil keputusan cerai, bisa saja karena ia memandang apa yang menjadi konsep keluarganya terdahulu; ia juga menerapkan untuk konsep dirinya di masa depannya dengan mudah tanpa berpikir?

Tetapi, kesadaran adalah perkara manusia. Ada banyak orang yang tersadarkan justru datang dari apa yang telah dialami oleh dirinya sendiri melalui pengalaman. 

Kembali, ini perkara manusia bukan perkara pengalaman. Mungkin manusia di sana yang belum terilhami oleh pengalamannya sendiri sebagai manusia itu sendiri harus menjalani lingkaran setan yang sama; merasakan lagi, merasakan lagi, sampai ia tumbuh dan sadar sebagai dirinya yang harus beranjak dari keadaan justru memberatkan dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun