Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Bunuh Diri Menyertakan Keluarga

28 April 2019   11:42 Diperbarui: 28 April 2019   12:32 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi diambil dari, berita satu.com

"Upaya untuk tidak menyerah pada hidup bukan hanya membuat manusia semangat menjalani hidupnya. Lebih dari itu upaya menjaga semangat hidup sendiri berarti meminimalisir kecederungan mengakhiri hidup itu sendiri"

Terjadi lagi kasus bunuh diri; seorang perempuan diketahui menggendong anak Sabtu (27/4/2019) meloncat dari jembatan Sungai Serayu Kesugihan, Cilacap. Wanita tersebut diduga dengan sengaja melakukan bunuh diri membawa serta anaknnya.

Diperkiran usia Ibu yang melakukan bunuh diri tersebut menurut berbagai sumber sekitar 30 tahun. Anaknya sendiri  masih balita, usianya diperkirakan sekitar 4 bulan. Menurut saksi mata sendiri, semula Ibu dan Anak turun dari Bus lalu berjalan-jalan Pukul 09.45 WIB disekitar jembatan Sungai Serayu Kesugihan. Tidak ada yang menyangka bahwa ibu serta anakanya akan naik ke jembatan terus meloncat.

Jasad keduanya sendiri di evakusai pada sore hari oleh Tim SAR Cilacap berdasarkan laporan warga sekitar Ds. Penggalang, Kec. Adipala  yang mengetahui jasad Ibu tersebut mengapung di Sungai Serayu. Ds. Pengalang sendiri di perkirakan jaraknya dari jembatan Serayu tersebut mencapai 20 kilometer. Untuk bayinya sendiri ditemukan terpisah tidak jauh dari lokasi jembatan Penggalang.    

Sebagai warga masyarakat yang dekat dengan lokasi untuk bunuh diri, tentu saya merasa miris. Bukan saja menyesalkan adanya tragedi itu, tetapi membuat kita yang hidup merasa butuh untuk merenung sejenak, sudah terdegradasikah upaya menjaga asa untuk hidup manusia kini? Jika kita ada pada kefrustasian hidup, mungkinkah kita akan berpikir hal yang sama untuk mengakhiri hidup juga seperti mereka?

Tentu upaya mengakhiri hidup lari dari masalah hidup itu sendiri bukanlah solusi. Bukankah upaya mengakhiri hidup menjadikan kita sebagai pecundang di mata diri sendiri? Sudah jauh hidup ini, sudah jauh juga kita  melangkah, sejatinya manusia hidup hanyalah untuk mempertahankan hidupnya sendiri, juga bagaimana mempertahankan hidup manusia yang kita lahirkan karena kesadaran kita untuk melahirkan mereka.

Seberat-beratnya masalah hidup menghampiri, "pasti semua ada solusi untuk keluar dari masalah tersebut". Kini fenomena bunuh diri itu sendiri bukan hanya mengintai "orang sekitar kita, tetapi diri kita sendiri" dengan segala kompleksitas hidup manusia yang semakin tinggi menerapkan standart mutu hidupnya.

Saya mengira solusi untuk mencegah bunuh diri yang jumlahnya semakin meningkat adalah menumbuhkan kesadaran diri untuk tetap mempertahankan hidup apapun keadaannya. Dibalik kesadaran diri tersebut upaya bertanggung jawab pada keluarga yang telah dibangun pun menjadi mutlak dilakukan. 

Seyoganya seorang ibu yang hendak bunuh diri tersebut membawa anaknya itu berpikir "kita telah menciptakan mereka, anak-anak kita", jika ditunggunya mereka lahir dan kebahagiaan mereka akan hidup di dunia, "hanya karena sempitnya berpikir terhadap masalah yang manusia harus hadapi dalam hidup", Manusia mengakhiri segalannya? Manusia macam apa kita ini?    

Saya berpendapat bunuh diri disebabkan oleh masalah sosial dalam hidup yang memberatkan jiwa "mental" manusia seperti ekonomi, harga diri dan kebanggan sebagai manusia itu sendiri. Maka dari itu belajar mengupayakan kesadaran dalam menjalani hidup perlu dilakukan, setidaknya ini dapat mencegah pikiran-pikiran sempit yang manusia anggap sebagai solusi. Tetapi dalam kenyataannya justru malah merugikan semua bukan hanya diri sendiri tetapi juga keluarga dan masyarakt disekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun