Dalam hidup terpasti adalah akan menyisakan tanya. Dan bagaimanakah manusia akan berada pada akhirnya? Tentang pertanyaan itu, kisah yang lalu dan pilihan yang memang ia pilih untuk dirinya sendiri.
Manusia seakan tak tahu dari mana asalnya, ketika itu ia hanya dapat merasa, ia ada bak pakaian yang terlihat dibawah jendela besoknya telah tiada. Melihat sosok ibu, sosok ayah dan sosok sodara-sodara yang terkadang sinis dengannya. Kehadiran diri yang ditunggu, kadang terbuang, kadang pula menyesal terpilih tanpa mengingat bagaimana pilihan itu ada. Menjadi tiba-tiba, seakan dipaksa.
Tidak akan banyak hal yang mereka akan buat, ketika dibawah umur sepuluh tahun ia dibentuk oleh keluarganya, ayah dan ibunya, menentukan usia belasannya. Dimana diusia itu ia akan berimajinasi akan pilihan, untuknya untuk hidupnya. Gambaran imajinasi yang membayang bagaikan kertas dengan tulisan, yang akan membuat mereka bertanya lagi, mau berada seperti apakah untuk selanjutnya?
Bagaimana dengan jalan-jalan bercabang yang akan mereka lalui, gundukan emas, pelajaran tentang hidup dan kebahagiaan yang terukur. Usia belasan tinggal menyisakan akan bagaimanakah kita hidup nanti antara optimistis dan pesimistis.Â
Kehidupan rasanya seperti kita memancing, bukan ikan sasaran hidup manusia, manusia memancing nikmat, memancing nyaman dan memancing apa yang harus manusia punyai saat ini juga.Â
Namun keadaan rasanya bisa saja bersebrangan, nikmat banyak, rasa nyamanpun dapat dengan mudah didapat bahkan alam semesta sudah mengadakan apa yang ingin manusia punyai. Bukan masalah ada pada usaha, bukan juga masalah pada sebagai siapa manusia itu dilahirkan. Mungkin keberuntungan itu memilih, siapapun dengan mudah dipilihnya.Â
Suatu keberuntungan itu tidak bisa diundang, jika semua keberunutungan bisa terundang tergantung bagaimana manusia itu memperlakukan dirinya sendiri mengundangnya. Tidak ada keberuntungan yang tidak berdasar, semua berdasar, sama halnya orang memancing ikan semua ada saat dan waktunya kapan ia dapat mereasakan dan mendapatkan keberuntungan itu.
Bisa dipastikan semua adalah masalah waktu, kapanpun suatu yang membanggakan tidak akan pernah telat. Mbah surip tenar ketika usia sudah lanjut, dan masih banyak orang yang kisahnya sama dengan kisah seperti itu menunggu periode waktu untuk hidupnya.Â
Yang jelas keberuntungan seseorang bukanlah jatuh begitu saja dari langit. Setiap manusia mengusahakan setiap keberuntungan-keberuntungannya. Ketika keberuntungan itu datang tanpa sebab, mungkin kehidupan sebelumnya ia mengusahakannya dengan gigih juga dengan bantuan-bantuan malaikat berbentuk manusia.