Mohon tunggu...
komentator kompas
komentator kompas Mohon Tunggu... -

Hanyalah rakyat kecil di daerah yang ingin menyampaikan pendapat :)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Foke Vs Jokowi

26 Juni 2012   04:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:31 2374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1340691727775015755

[caption id="attachment_184664" align="alignleft" width="500" caption="Jokowi and Foke solopos.com documentation"][/caption] Berikut adalah pendapat saya selaku rakyat independen mengenai  dua bakal calon Gubernur DKI Jakarta. Yang pertama adalah mengenai Fauzi Bowo atau biasa disebut Foke. Kalau anda mengetik kata Foke di mesin pencari Google, anda akan mendapati beberapa informasi mengenai prestasi beliau sebagai Gubernur Jakarta. Selain itu juga terdapat artikel mengenai berbagai dukungan yang ditujukan pada bakal calon ini. Namun bila membuka pencarian gambar mengenai Foke, yang pertama muncul justru gambar seorang pria yang mengacungkan jari tengah bersama seorang perempuan ABG. Kelebihan dari Foke menurut pendapat saya adalah dukungan dari Partai besar yang berkuasa yaitu partai Demokrat. Selain itu Foke juga memiliki pendidikan yang baik, yaitu mendapat gelar Doktor Ingenieur dari Fachbereich Architektur / Raumund, Umweltplanung - Baungenieurwesen Universitat Kaiserlautern Jerman. Bahkan Foke mendapat predikat Cum Laude. Selain itu Foke juga memiliki harta kekayaan paling tinggi dibandingkan dengan pasangan lain yaitu Rp 59,38 miliar. Foke berhasil memimpin Jakarta hingga mendapat predikat keuangan Wajar Tanpa Pengecualian. Dan serangkaian prestasi lainnya. Iklan Foke di televisi yang mengatakan bahwa kemajuan Jakarta adalah berkat kebersamaan adalah sebuah nilai plus untuk Foke. Kekurangan Foke dari sudut pandang saya secara pribadi yang pertama adalah cara Foke menunjukkan dirinya lebih hebat dari pasangan lain. Saya melihat di layar televisi dalam debat kandidat bakal calon Gubernur, ketika mendapat kritikan Foke cenderung berkelit dan tidak ingin disela selalu ngotot untuk menunjukkan Foke sudah berprestasi dengan dasar "sejumlah data". Foke selalu ingin menunjuk-nunjukkan bahwa Foke berprestasi dengan kata "Data". Menurut pendapat saya, kurang etis kalau Foke mengunggulkan diri sendiri dengan mengajukan data. Lebih baik bila memang dia berprestasi, biarlan orang lain yang mengatakan. Foke kurang kesatria untuk mengakui kekurangan. Katakanlah Foke berprestasi, saya tetap yakin Foke punya kekurangan. Mengapa Foke tidak dengan "Gentle" mengakui kekurangannya? Dari berita di dunia maya, Foke menyindir Jokowi tentang kerusuhan di Solo, ini adalah berita yang menyerang Foke secara langsung, bahwa sebenarnya di Jakarta sekalipun pernah terjadi kerusuhan besar selama ia memimpin. Yaitu peristiwa makam Mbah Priok. Kekerasan yang dilakukan oleh satpol pp Jakarta menjadi noda bagi prestasi Foke sebagai Gubernur DKI. Menurut saya Foke terlalu ingin menunjuk-nunjukkan bahwa Foke juga berprestasi. Hal ini membuat saya berpikir bahwa Foke terlalu terpengaruh pada Jokowi yang pada kenyataannya memang banyak berprestasi. Menganai Jokowi, sudah bukan berita baru lagi bahwa dia mendapat predikat walikota terbaik Dunia. Jokowi juga dikenal sangat merakyat dengan cara terjun langsung ke lapangan. Jokowi dikenal tidak pernah mengambil gaji selama menjabat sebagai Walikota Solo. Jokowi turut aktif mendukung anak-anak SMK yang berusaha membuat mobil sendiri. Jokowi sangat di idolakan oleh rakyat kecil karena kerendahan hati dan sikapnya yang sangat merakyat. Bahkan ketika terjadi konflik di Kraton Solo, Jokowi dipercaya sebagai penengah untuk mendamaikan. Ini menunjukkan bahwa Jokowi punya wibawa yang baik. Kekurangan Jokowi yang pertama adalah tidak se cerdas Foke yang jelas-jelas mendapat Cum Laude dari Universitas di Jerman. Selain itu Jokowi yang penggemar musik Rock memiliki jiwa yang terlalu pemberani. Hal ini justru menjadi kerugian bagi Jokowi, seperti pemilihan wakil yang beragama Non Muslim. Ini merupakan langkah yang terlalu berani. Mengingat di Jakarta ada cukup banyak kelompok radikal yang terbukti hingga saat ini masih mudah terprovokasi isu agama. Masih banyak masyarakat Jakarta yang mudah terpancing isu-isu agama dan rasial. Meskipun Jokowi dan pasangannya memiliki sikap Nasionalis dan Toleran, namun isu ini sudah terbukti menjadi serangan bagi Jokowi dengan adanya kampanye gelap. Sikap Jokowi yang suka bekerja keras justru mengurangi minat bagi pegawai negri sipil yang ingin bersantai-santai dalam bekerja untuk memilih dia. Namun bila Jokowi terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, ini akan menjadi indikator kemajuan Jakarta berkat kepemipinan Foke yang merubah Jakarta menjadi lebih cerdas, toleran, tidak menyukai politik uang, dan pro rakyat kecil.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun