Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi: Hingga Sunyi Menemani

24 Juli 2021   20:05 Diperbarui: 24 Juli 2021   20:12 454 39
Kemudian, hari menghabiskan siang seperti hari-hari kemarin. Membiarkan sinar mentari bertarung di antara hamparan mendung. Dan, memungut senandung nyeri yang dihantarkan sunyi.

Angin tanpa arah membujuk kawanan gerimis berjatuhan. Membiarkan butiran hujan berkali-kali membunuh benih ingatan. Dan, mengajak angan menelusuri jejak-jejak kenangan.

Beberapa hempasan tawa terlatih mencari tempat singgah. Berganti genangan airmata yang tertatih menampung sisa gundah. Dan, serpihan doa berdiri kaku di persimpangan harap yang patah.

Seperti malam-malam kemarin, sunyi terlambat datang. Tersendat mengeja satu-persatu jiwa tak bertuan di gerbang kepulangan. Ia tersesat di pintu-pintu tak bernama.

Sebelum detak waktu menghentikan laju perjalanan. Hari-hari akan terus berlalu sebagai sebuah kehilangan. Dan, tak siapapun tahu, kapan dan di mana pintu-pintu itu terpaku.

Hingga sunyi menemani.

Curup, 24.07.2021
Zaldy Chan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun