Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Apa Kabar Si Budi?

20 Juni 2021   21:42 Diperbarui: 20 Juni 2021   22:02 461 48
Kau mendengar kabar si Budi?

Pada himpunan tanggal yang terpasang di bilik ingatan. Si Budi, harusnya tak lagi kecil dan dekil. Langit bulan Juni pun tak menjanjikan hujan yang hadirkan kuyup serta gigil.

Mungkin,
si Budi, saat ini duduk pada sebuah halte, tak jauh dari simpang jalan tugu Pancoran. Menunggu pembeli, dan sejak dulu masih menjajakan koran.

Atau,
si Budi, saat ini sedang menghitung laba jelang akhir bulan. Usai membuka usaha jas hujan dari hasil tabungan menjual koran.

Bisa jadi,
si Budi, saat ini mengabdi pada negeri. Selepas sekolah, melanjutkan kuliah, dan menjadi pegawai negeri. Berjuang meraih mimpi dengan menjual ribuan lembar koran.

Pilihan lain,
si Budi berhenti sekolah, kemudian menjadi preman jalanan. Setelah menjadi pengangguran, sebab kemajuan teknologi perlahan dan pasti memberangus keberadaan koran.

Kemungkinan terburuk,
si Budi mati. Bukan karena tak sanggup hidup di dua sisi. Tapi ditabrak kereta api dalam perjalanan pulang usai menyetorkan uang hasil menjaja koran. Semoga tidak!

Eh, kau tahu si Budi, kan?

Nama Budi, pertama kubaca adalah sebagai adik Wati dan Arman yang terdapat di buku pelajaran membaca.

Namun, saat itu aku belum tahu. Apatah si Budi juga sebagai penjaja koran saat hujan, dan tinggal di ibukota.

Kau mendengar kabar si Budi? Beritahu aku jika pernah bertemu.

Aku tak akan bertanya: Masihkah menjual koran? Apakah sering mengunjugi Tugu Pancoran? Berapa besar laba dari usaha jas hujan? Kenapa memilih jadi pengangguran atau preman?

Aku hanya ingin mengajak menikmati segelas kopi tanpa gula. Sambil menyimak cerita tentang apa saja yang berbeda dari ibukota.

Curup, 20. 06.2021
Zaldy Chan

Catatan:
Inspirasi tulisan ini dari album Sore Tugu Pancoran Iwan Fals (1985)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun