Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

"Tut Wuri Handayani" Semboyan yang Melekat dari Dasar sampai ke Atas

3 Mei 2020   01:15 Diperbarui: 3 Mei 2020   01:51 1062 0


Tut Wuri Handayani, adalah semboyan yang menempel di dada sebelah kiri para siswa atau pelajar sejak bersekolah dasar sampai sekolah menengah atas, yang menjadi suatu semboyan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Siapakah pencetus semboyan itu? Pencetus semboyan itu adalah Ki Hajar Dewantara.

Lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soejaningrat, pada 2 Mei 1889 dan mengganti namanya pada tahun 1922 menjadi Ki Hajar Dewantara yang dikenal sampai sekarang. Dengan alasan untuk lebih dekat kepada rakyat, Soewardi menghilangkan nama ningratnya menjadi Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara adalah seorang aktivis pendidikan dan kemerdekaan di Indonesia, bersama dua orang temannya yaitu Ernest Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo atau yang dikenal dengan sebutan tiga serangkai.

Mereka memperjuangkan kemerdekaan dengan cara intelektual seperti menulis, dalam usahanya melawan penjajahan Belanda, Ia pernah menulis Als Ik Een Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) tulisan ini ditulis dengan tujuan untuk mengkritik pemerintah kolonial Belanda yang pada saat itu meminta warga termasuk pribumi memberikan sumbangan untuk merayakan kemerdekaan Belanda dari Prancis. Sebuah ketidakadilan bagi pribumi kala itu.

Hal tersebut membuat Ki Hajar Dewantara beserta dua temannya harus diasingkan ke pulau Bangka. Setelah kemerdekaan Indonesia, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran pertama di Indonesia pada saat presiden Soekarno menjabat.

Tut Wuri Handayani, semboyan yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara yang berasal dari bahasa jawa adalah semboyan yang dipilih dan dikenal di dunia pendidikan di Indonesia. Sebenarnya Terdapat tiga semboyan dalam bahasa jawa yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. 

Masing-masing memiliki arti, artinya secara berurutan ialah di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan. Semboyan-semboyan tersebut dibuat untuk menjadi dasar dalam pendidikan di Indonesia dalam setiap semboyannya terkandung makna yang mendalam seperti pada Tut Wuri Handayani, yang artinya dibelakang memberi dorongan yang  berarti walaupun kita berada dibelakang berikanlah selalu dorongan agar tetap dapat terus maju kedepan. Ing Ngarso Sun Tuladha, di depan memberi contoh, yang artinya setiap yang ada di depan harus dapat menjadi contoh bagi siapapun dan jadi teladan. Ing Madya Mangun Karsa, di tengah memberi semangat, yang artinya di posisi ini harus dapat memberikan semangat kepada yang di depan maupun dibelakang.

Inilah yang harus ada di dalam jiwa pendidikan di Indonesia, ketika mendidik anak bangsa jadikanlah semboyan  ini sebagai acuan dalam mendidik agar cita-cita Ki Hajar Dewantara tetap tertanam dan berkembang walaupun beliau sudah tiada sejak 61 tahun yang lalu. Perjuangan Ki Hajar Dewantara tetap di kenang setiap tanggal 2 mei, tanggal kelahirannya tersebut dijadikan hari pendidikan nasional oleh pemerintah dan setiap tanggal 2 Mei diperingati dengan HARDIKNAS atau Hari Pendidikan Nasional. Dan begitupun dengan semangat dan semboyan nya Tut Wuri Handayani yang tetap melekat di dada sebelah kiri para pelajar Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Inilah yang harus ada di dalam jiwa pendidikan di Indonesia, ketika mendidik anak bangsa jadikanlah semboyan  ini sebagai acuan dalam mendidik agar cita-cita Ki Hajar Dewantara tetap tertanam dan berkembang walaupun beliau sudah tiada sejak 61 tahun yang lalu

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun