Klub Liga 1 Indonesia, seperti Bali United dan Persib Bandung, seringkali memiliki banyak sponsor yang menempel di jersey mereka. Pada musim 2018, Bali United bahkan mencatatkan rekor dengan 16 merek sponsor di jersey mereka. Hal ini berbeda dengan klub-klub Eropa yang umumnya hanya memiliki satu sponsor utama.
Jersey klub Eropa biasanya hanya memiliki satu sponsor di bagian dada, dengan tambahan sponsor lainnya di bagian belakang atau lengan. Hal ini membuat jersey mereka terlihat lebih elegan karena desainnya lebih terfokus. Namun, di Indonesia, penempatan sponsor lebih bebas, membuat jersey terlihat penuh dengan logo sponsor.
Regulasi mengenai penempatan sponsor di jersey klub Liga 1 diatur dalam manual book yang dikeluarkan oleh PT Liga Indonesia. Pada umumnya, sponsor dapat ditempatkan di seluruh bagian jersey kecuali lengan kanan dan bagian dada yang sudah ditempati logo klub dan logo apparel. Hal ini membuat klub memiliki kebebasan dalam menempatkan sponsor mereka.
Perbedaan ini juga mencerminkan kondisi industri sepak bola di Indonesia yang masih berkembang, di mana klub lebih banyak menjadi sponsor daripada menerima tawaran sponsor dari perusahaan luar. Kehendak sponsor untuk memiliki logo mereka terpampang di jersey pemain juga mempengaruhi desain jersey, dengan desainer cenderung fokus pada penempatan logo sponsor daripada desain motif jersey itu sendiri.
Meski terdapat kekhawatiran akan penampilan yang terlalu "berkotak-kotak" akibat banyaknya logo sponsor, keberadaan sponsor-sponsor ini menandakan keberhasilan klub dalam mendapatkan pemasukan dari berbagai sumber. Dalam situasi di mana sedikit perusahaan yang bersedia menjadi sponsor tunggal klub, mencari banyak sponsor menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan finansial klub.
Jadi, meskipun penempatan sponsor di jersey klub sepak bola Indonesia seringkali terlihat berlebihan, hal tersebut mencerminkan realitas industri sepak bola di Indonesia yang masih berkembang serta strategi klub dalam mendapatkan pemasukan.
