Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Timnas Indonesia, Argentina, dan Sebuah Perspektif

21 Juni 2023   09:00 Diperbarui: 22 Juni 2023   00:03 196 2
FIFA matchday bulan Juni 2023 menghadirkan satu berita menarik, berupa kunjungan Timnas Argentina ke Indonesia,  Senin (19/6). Meski tak diperkuat Lionel Messi yang diberi kesempatan berlibur, Argentina tetaplah Argentina.

Skor 2-0 dan penguasaan bola begitu dominan menjadi satu penegasan sederhana.

Di lapangan, tim juara Piala Dunia 2022 itu juga menghadirkan satu perspektif berbeda soal gaya main mereka. Di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Albiceleste mencoba bermain sebagai sebuah tim, dan itu terlihat dari tak adanya pemain yang tampil sangat menonjol seperti Messi.

Di sini, ketidakhadiran Leo di lapangan benar-benar dimanfaatkan pelatih Lionel Scaloni untuk bereksperimen menjalankan taktik tanpa sang megabintang.

Hasilnya, Tim Tango mampu bermain sebagai sebuah tim, dengan variasi serangan cukup beragam. Ada kalanya bermain dengan umpan pendek cepat, ada kalanya bermain lewat sayap.

Kalau masih belum mempan, masih ada opsi melakukan tembakan jarak jauh dan memanfaatkan situasi bola mati. Dari kedua situasi inilah gol-gol Argentina datang.

Di babak pertama, tendangan geledek Leandro Paredes tak kuasa ditahan Ernando Ari, begitu juga dengan sundulan jitu Cristian Romero yang meneruskan umpan sepak pojok di babak kedua.

Semua variasi serangan Julian Alvarez dkk benar-benar jadi satu ujian paket lengkap buat Jordi Amat dkk, yang memaksa Tim Garuda lebih banyak bertahan. Jangankan membuat peluang, mengembangkan permainan saja sulit.

Situasi memang membaik buat anak asuh Shin Tae-yong di babak kedua, terutama setelah Pratama Arhan masuk. Lewat lemparan jauh pemain Tokyo Verdy itu, Timnas Indonesia memang mampu beberapa kali merepotkan lini belakang Argentina dan membuat kiper Emiliano Martinez cukup sibuk di areanya.

Lemparan jauh Pratama Arhan awalnya sempat jadi ancaman, tapi ketika sudah bisa diantisipasi, situasi kembali buntu. Sang jagoan Amerika Selatan ini pun kembali mengontrol permainan dengan nyaman.

Beruntung, stamina para pemain mampu bertahan sampai akhir, sehingga tak keteteran menghadapi keterampilan individu dan kecepatan para pemain lawan.

Momen "duel" Alejandro Garnacho Vs Asnawi  yang belakangan viral di media, telah menjadi satu contoh sempurna. Pujian pun berdatangan, karena Asnawi dinilai tampil baik di pos bek kanan.

Tapi, terlepas dari segala puja-puji yang datang, termasuk dari Presiden Jokowi yang ikut menonton langsung di stadion, masih ada PR yang perlu dibereskan, yakni meningkatkan kualitas pemahaman taktik dan kekompakan saat bermain sebagai sebuah tim.

Masalah kualitas pemahaman taktik ini masih terlihat, dari pola strategi yang digunakan. Belum banyak variasi, karena masih terlalu banyak mengandalkan kecepatan lari pemain atau lemparan jauh Pratama Arhan.

Jika variasi taktik ini terbaca dan bisa diantisipasi lawan, hasilnya akan buntu. Maka, perlu ada peningkatan kualitas pemahaman taktik, yang kebetulan bisa didapat dari pengalaman bertemu Argentina.

Hal ini menjadi satu hal umum di sepak bola modern, yang memang begitu dinamis. Banyak aspek yang bisa dipelajari dengan cepat, sehingga tuntutan untuk mempunyai variasi taktik selalu ada.

Soal kekompakan sebagai tim, hal ini (seharusnya) jadi sebuah sorotan, karena di saat jurnalis dan media kita masih terlalu sibuk menyoroti performa individu,  pemain Timnas Indonesia, Lionel Scaloni  sudah memikirkan kekompakan tim.

Maka, ketika pelatih La Seleccion itu menyebut "tak ada pemain spesial" di Timnas Indonesia (secara individu) karena mereka bermain cukup bagus sebagai sebuah tim, kita tak perlu baper, karena standar yang dipakai sang pelatih masih terlalu tinggi untuk ukuran tim peringkat 150 besar FIFA.

Lagipula, tujuan dasar kedua tim sudah tercapai, yakni menambah pengalaman bertanding dan mengukur level performa tim. Akan kurang objektif jika standar tim juara Piala Dunia dipaksakan untuk menilai atau memuji satu-dua pemain.

Di sini, kita perlu berterima kasih pada kelugasan Scaloni dalam berpendapat, karena itu mengajak kita lebih objektif. Dari pengalaman yang sudah-sudah, sedikit saja pujian yang didapat bisa berbahaya, karena membuat pemberitaan jadi berlebihan.

Di saat media kita terlalu sibuk memikirkan tekel Asnawi dan lemparan jauh Pratama Arhan, Argentina sudah mulai ancang-ancang mempersiapkan diri menuju kualifikasi Piala Dunia zona Conmebol, yang dimulai bulan September mendatang.

Di GBK, Timnas Indonesia memang mampu membuat Argentina bekerja keras untuk membongkar barikade lini belakang, dan kekalahan 2-0 atas tim peringkat 1 FIFA bukan sesuatu yang buruk.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun