Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Kutukan Luxor

13 Januari 2023   20:57 Diperbarui: 13 Januari 2023   21:01 550 45
November 1995. Saat pertama kali saya mengunjungi kampungnya Paman Sam. Jalan-jalan ke Amerika? Kebanyakan duit? Nggak juga! Sebutlah itu semacam "rezeki nomplok". Boss waktu itu sering mendapat undangan ke luar negeri, entah itu dari perusahaan maskapai penerbangan, agen tur di luar negeri dan masih banyak lagi.

Siang itu boss memanggil saya untuk sebuah kejutan.

"Jalan-jalan gih ke Amerika, jangan kerja terus!" ucap beliau sambil menyodorkan sebuah undangan dari salah satu maskapai penerbangan Internasional. Transportasi, biaya penginapan dan tur ditanggung pihak yang mengundang. Para undangan hanya dikenakan biaya tiket pp dengan diskon 75%. Sebuah tawaran yang sulit ditolak.

Meski diskon tiket ppnya besar, tapi tetap saja harus dibayar dengan uang, kan? Lha, fulus dari mana saya? Sengaja undangan saya baca pelan-pelan, karena otak saya butuh waktu untuk memikirkan alasan apa yang tepat agar bisa menolak tawaran Boss.

"Saya tidak bisa pergi, jadi kamu mewakili, nanti semua biaya saya tanggung, termasuk biaya visa!" kata Boss lagi, seolah ia mengerti apa yang sedang saya pikirkan.

Mendengar itu, jantung saya sempat berhenti beberapa detik. Kaget! Boss saya orangnya tegas tapi memang hatinya baik banget.

Singkat cerita, berangkatlah saya ke Amerika. Setelah mengunjungi beberapa tempat di negara bagian California, akhirnya saya tiba di negara bagian Nevada. Menginap di sebuah hotel megah, Luxor.

Luxor Hotel and Casino dibangun pada tahun 1993, masih relatif baru saat saya menginap di sana. Hotel megah dengan 4300an kamar itu berbentuk piramida lengkap dengan replika aliran sungai Nil di dalamnya yang memungkinkan para tamu melakukan tur keliling piramida untuk menyaksikan berbagai artefak dan karya seni yang dikumpulkan pihak  Luxor Hotel.

Perjalanan menuju ke kamar saya nomer 30018 yang terletak di lantai 30 dengan menggunakan lift terasa sangat aneh. Saya seolah tidak bisa berdiri tegak. Badan cenderung miring. Mungkin ini disebabkan oleh struktur bangunannya yang berbentuk piramida.

Ruangan kamar cukup besar, bahkan terlalu besar kalau hanya dihuni oleh satu orang saja. Selain kemegahannya, tidak ada yang aneh di sana, kecuali saat malam menjelang. Suara bising terdengar di dalam kamar. Jenis kebisingan aneh yang tidak dapat saya redam hanya dengan menutupi kepala dan telinga dengan beberapa bantal.

Sulit menggambarkan kebisingan tersebut, suaranya kadang terdengar seperti para pekerja konstruksi yang sedang mengetok-ngetok bangunan, tapi kadang seperti suara dentangan jam dinding. Apapun itu, yang jelas membuat saya tidak bisa tidur.

Karena kebisingan itu saya  terpaksa menjadi orang pertama mendatangi restoran yang memulai operasinya untuk melayani sarapan pada jam 6 pagi.

Kepada beberapa staff saya bertanya apakah Hotel sedang mengalami perbaikan atau renovasi atau adakah konstruksi yang sedang berjalan di sekitar Hotel. Jawaban semuanya sama. Tidak ada!

 Meski tidak habis pikir dari mana suara bising yang terdengar di kamar semalam, saya tidak pernah menceritakan kejadian tersebut kepada siapapun, hingga dua puluh tahun kemudian. Saat itu saya sedang berada di sebuah kapal pesiar dalam perjalanan menuju Cuba. Di sana saya bertemu dengan Jacob yang kebetulan pernah bekerja di Luxor Hotel and Casino.

Pada Jacob saya menceritakan apa yang saya alami di Luxor Hotel, Nevada. Ia cuma tersenyum. Menurutnya, dedikasi Luxor Hotel pada Mesir Kuno telah membuat roh-roh orang-orang Mesir Kuno yang berumur ribuan tahun itu menjadi tersinggung.

Hanya dalam waktu dua dekade, Luxor telah memiliki jumlah korban pembunuhan, bunuh diri, dan kematian yang sangat tinggi dan tidak dapat dijelaskan.

Banyak yang mengatakan Hotel bergaya Mesir Kuno itu paling angker, dibanding dengan hotel / kasino lain di Sin City atau Kota Dosa itu. Frekuensi insiden ini bahkan membuat beberapa orang berpendapat bahwa tempat itu dikutuk.

Dikutuk atau dihantui? Mungkinkah keduanya? Saya sempat bertanya dalam hati.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun