Begitulah penggalan lagu dari soundtrack film Beauty and The Beast yang sangat syahdu. Eits, apakah lirik tersebut hanya menggambarkan sosok Beauty dan Beast dalam film Disney? Nyatanya, lirik di atas juga mendeskripsikan kedua sosok tersohor ini di kehidupan asli yang ada di Yogyakarta, lho! Jika Anda penasaran, wujud mereka bisa ditemui dalam bentuk tumpukan sampah yang menggunung di tengah Kawasan Wisata Perangkai Bunga Segar yang lokasinya kurang dari 1 km dari Plaza Malioboro.
Tipe sampah yang dibuang di kawasan ini merupakan tipe municipal waste yaitu sampah rumah tangga dan sampah yang tidak berbahaya dengan sistem pembuangan sampah di lahan terbuka yang biasa dikenal sebagai open dumps (Gavrilescu et al., 2015; Krmar et al., 2018). Namun, karakteristik open dumps yang dilakukan tanpa kontrol dan perlindungan lingkungan berpotensi besar menyebabkan berbagai jenis kerugian jika dilakukan dalam waktu yang lama (Lindamulla et al., 2022). Dilansir dari hasil wawancara langsung dengan salah satu florist pada 20 September 2025, gunungan sampah yang kurang terkendali telah berlangsung lama bahkan bisa terhitung sejak awal karirnya dalam membangun kios bunga yaitu kurang lebih 18 tahun yang lalu. Beliau menyatakan bahwa sampah-sampah tidak dapat terangkut sepenuhnya karena jumlah armada yang tidak memadai walaupun angkutan sampah datang setiap hari.
Situasi seperti ini tentu memungkinkan warga menjadi rentan penyakit, tetapi beliau menerangkan bahwa tidak ada wabah kesehatan berkaitan dengan sampah sampai saat ini. Meskipun begitu, beliau tetap menyampaikan kekhawatiran akan kemungkinan dampak kesehatan jangka panjang karena masyarakat sekitar memiliki kontak yang sangat dekat dengan sumber penyakit setiap hari. Kekhawatiran tersebut merupakan perasaan yang valid karena banyak penelitian ilmiah telah menunjukkan dampak negatif sampah terhadap kesehatan manusia khususnya bagi orang-orang yang tinggal dekat dengan lokasi pembuangan sampah. Contohnya adalah penyakit kulit, kesulitan bernapas, dan gangguan sistem imun (Hamka et al., 2020; Siddiqua et al., 2022). Selain itu, manajemen sampah yang tidak optimal juga dapat memengaruhi kondisi lingkungan sekitarnya akibat polusi yang dihasilkan sehingga dapat menyebabkan pencemaran air, tanah, dan udara (Wijesekara et al., 2014; Paul et al., 2019).
Sama seperti Beast yang menemukan jawaban atas permasalahannya di rumahnya sendiri, salah satu cara penanganan sampah dalam konteks ini juga sebenarnya telah hadir dalam wujud Bank Sampah 'Akasia'. Seandainya ada alur terintegrasi dimulai dari proses pemilahan, pengumpulan, hingga pembuangan sampah antara pihak pemerintah setempat dengan bank sampah milik warga, permasalahan sampah memungkinkan untuk dibenahi dari hulu. Tidak luput juga dengan bagian hilir, pemerintah sangat perlu menyediakan berbagai fasilitas kebersihan dengan kuantitas dan kualitas yang mumpuni seperti penambahan armada angkut sampah sehingga tidak terjadi gunungan sampah yang melebihi tinggi orang dewasa.