Sampai kemudian kejutan dibuatnya. Mengancam pamit dari sepakbola Indonesia jika "kakak angkatnya" mundur.
Niatnya mungkin tulus. Prinsipnya sebagai orang yang datang dari negeri dengan standar tanggung jawab tinggi menuntunnya pada semangat korsa.
Sayangnya, ia pun meruntuhkan momentum dan merusak jalan perubahan yang sedang mulai dibangun bersama-sama oleh masyarakat. Hanya dalam semalam, citra protagonisnya berubah menjadi antagonis.
Tagar #STYout memuncaki percakapan twitter. Beradu dengan suara-suara dukungan terhadapnya. Bercampur dalam riuhnya perdebatan dan saling lempar tanggung jawab.
Sementara keadilan bagi korban Tragedi Kanjuruhan belum tampak titik terangnya, kejutan dari STY justru memberi "cahaya" pada pihak yang mestinya bertanggung jawab.
Pernyataan STY yang mengancam ikut mundur jika Ketua Umum PSSI mundur, entah itu murni kesadaran pribadi atau ia telah diberi informasi-informasi yang keliru, pada akhirnya tidak hanya menguntungkan Ketum PSSI seorang.