Apakah kita menyadari kebutuhan tersebut atau meniadakan keinginan untuk memiliki. Jika semua hal
diubah bentuk menjadi pertanyaan dan bukan pernyataan tentunya sulit menemukan titik tengah
dalam tiap permasalahan. Belakangan ini tidur menjadi sebuah permasalahan bagi penulis. Penulis
ingin sekali tidur nyenyak pukul sembilan malam, namun ternyata baru bisa pulas pukul dua pagi.
Ternyata sudah dibangunkan lagi oleh alam pukul tujuh pagi. Apakah sehat bagi kesehatan penulis?
Sejauh ini satu demam pun tidak dirasakan penulis. Sesakit apapun badan ini tetap saja penulis tidak
pernah tumbang, masih kuat saja entah berpikir atau melamun, namun sebenarnya penulis ingin tidur.
Penulis ingin tidur sampai akhirnya ia bisa merasakan tidur itu kembali ke jati dirinya.
Kembali lagi penulis memikirkan apakah semua manusia tertidur atau mereka hanya tidur. Diselimuti
kekhawatiran yang menanti dan dihantui rasa syukur atau mungkin mabuk akan kehormatan dari
masyarakat. Entah apa yang perlu dibuktikan, kita semua masih sulit untuk tertidur namun kita
sangat mudah memahami bahwa kita sedang tidur. Bagaimana tertidur dikatakan ideal, apakah
delapan jam mengistirahatkan otak menjawab pertanyaan tersebut, apakah lari dari kenyataan menjadi
jawabannya, atau mungkin ingin bertemu sejenak dengan Bapa di atas sana.
Penulis ingin mengetahui opini pembaca yang berkesempatan menjadi narasumber penulis. Penulis
sangat bersyukur bila menemukan jawaban, namun lebih bersyukur lagi jika pembaca tidak menjawab
namun bisa tertidur pulas ditemani dengan mimpi indah dan membangun "mood" indah di waktu
pembaca terbangun. Jadi apakah semua manusia tertidur?
