Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Laskar Rembulan = Laskar Pelangi di Tegalmojo

20 Agustus 2013   08:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:05 123 0
Setelah membaca tulisan Opa Jappy mengenai Cara Berangkat ke Sekolah, Setelah 68 Tahun Merdeka, saya ingat bulan Juni-Juli lalu ketika melakukan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di sebuah desa terpencil kota Probolinggo.

Ada sebuah sekolah, namanya SDN Tegalmojo 01. Jumlah siswa yang bersekolah di sini mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 hanya tercatat 11 orang. Dengan 9 laki-laki dan 2 orang perempuan. Guru pengajar hanya 1 orang dan itupun merangkap sebagai kepala sekolah. Dari jumlah muridnya yang memprihatinkan sudah pasti bisa dibayangkan seperti apa bangunan sekolahnya. Seperti sekolah laskar pelangi? Ya, bisa jadi. Namun keadaan sekolah dasar ini bisa dibilang lebih baik. Meski hanya terdapat 3 ruang kelas yang tiap ruangan merangkap untuk beberapa kelas, satu ruangan lagi merangkap dengan kantor kepala sekolah, namun dinding sekolah ini terbuat dari batu bata dan seetengah papan kayu. Cukup bagus? Tidak juga. Lantainya terbuat dari ubin yang sudah rusak dan retak. Langit-langitnya terbuat dari bambu /gedhek, kondisinya sudah bolong-bolong, kalau hujan ya pasti bocor. Jangan tanya kamar mandinya, mereka tak punya ruangan untuk buang hajat. Kalau ingin BAK/BAB mereka biasa melakukannya di sungai yang letaknya bersebelahan dengan sekolah atau menumpang di balai desa. Mereka juga tak punya perpustakaan. Buku-buku sumbangan dari pemerintah ditata di sepanjang jendela yang terbuat dari kawat-kawat. Kalau hujan turun, maka jendela ini ditutup menggunakan plastik yang panjangnya hampir 15 meter untuk melindungi buku supaya tidak basah.

Meski kondisi sekolah seperti ini tak satupun saya melihat padamnya semangat siswa-siswi SDN Tegalmojo 01 untuk belajar. Terbukti mereka sangat antusias ketika kami memberikan materi tentang PHBS di sekolah. Mereka datang setengah jam sebelum pelajaran dimulai dengan menggunakan sandal jepit dan baju rumahan. Ditangannya tergenggam buku bergambar caleg yang masih kosong dan sebuah bolpoin untuk menulis. Sungguh kehidupan yang sederhana dan membuat saya terharu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun