Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bahasa

The Power of English

29 November 2012   15:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:28 100 1
Bukan maksud hati untuk ber-keminggris ria, saya cuma menuangkan kerinduan mendalam saya pada seseorang yang cukup lama menjadi sahabat saya belajar bahasa Inggris.

Dengan sahabat saya itulah saya banyak mempraktekkan kemampuan bahasa Inggris yang saya pelajari sejak sekolah dasar. Kami bercerita, bercanda, bergosip, berdebat (baca: bertengkar), berolok-olok, dalam tatap muka, chatting, email, telepon, bahkan SMS, dengan bahasa Inggris. Yeah... sometimes we had to consult dictionary or grammar book just to check if we made mistakes. Tak jarang juga dalam situasi yang tidak memungkinkan atau sedang berada jauh dari kamus, maka kami akan menyisipkan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa dengan tanda kutip. Atau membiarkan kata-kata itu begitu saja, apa adanya sesuai yang kami ingat tanpa peduli urusan grammar :D yang penting maksud tersampaikan.

Kami menikmatinya. Terutama saya. Entah kenapa saya merasa berkomunikasi dengan sahabat saya itu tidak akan menarik kalau kami menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa, atau bahkan bahasa gaul. Eits, jangan keburu menilai saya tidak cinta bahasa persatuan bangsa kita. Ini hanya sebatas komunikasi saya dengan si sahabat saya itu. Seringkali kami merasa mengungkapkan perasaan dengan bahasa Inggris jauh lebih mengena. Berolok-olok dengan bahasa Inggris pun tidak sampai bikin sakit hati. Bertengkar dengan bahasa Inggris malah membuat kami tersenyum daripada manyun.

Tengah malam ketika kami sama-sama disibukkan dengan urusan lembur dan terserang kantuk, maka kami akan saling menemani lewat SMS atau telepon, yang dimulai dengan pesan singkat "Still awake?" atau "Are you there?".

Dan kini saya rindu. Sangat. Pada segala rupa komunikasi (in English) yang terjalin antara dia dan saya. Karena kami tak bisa lagi merangkai cerita seperti yang sudah-sudah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun