Dalam diamnya ada ketegasan
Yang kuartikan pemalas yang arogan
Hanya bisa marah tak sesuai harapan
Tapi sejak lalu menyiapkan yang terbaik
Sedikit bahkan tak ada yang memahami
Disimpan rapih dalam wasiat masa depan
Hanya untuk penerus yang diandalkan
Tak bisaku terima jalan pikirannya
Seperti misteri yang engganku ungkap
Pesimis dengan permainan aturannya
Arogan aku menanggapi alur ceritanya
Liar tak menuruti selera gayamu
Aku hidup dalam waktuku yang marah
Lari melukis jalanku sendiri di luar
Memendam benci yang terpuruk mimpi
Kini aku diposisimu yang dahulu
Aku takut karma menggigit langkahku
Sekarang ku mengerti sikapmu itu
Memang keras tapi untuk kebaikanku
Ayah, maafkan anakmu yang durhaka
Walau kini ku tahu kau tak ada dendam
Kasihmu baru aku rasa saat ragamu renta
Ijinkan aku memelukmu dalam penyesalanku