Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Puisi | Kecemasan Sepuluh Tahun Kemudian

11 Maret 2020   12:12 Diperbarui: 11 Maret 2020   18:31 588 46
aku ingat pernah terbangun
di tubuhmu sepuluh tahun lalu.
saat kita terjebak dalam
maret yang lembap.
dan sepucuk surat buat cinta pertama yang tidak pernah kaukirim.

rasa-rasanya tahun datang dan berganti
seperti orang-orang yang pernah
kita kenal, lalu menjadi asing kembali.
namun nama mereka tinggal di hati kita. semacam tumbuhan liar yang sengaja kita rawat.

sebenarnya kita tidak perlu khawatir pada apa yang akan datang besok. atau hal manis apa yang masih layak untuk kita rayakan.
meski kita cakap terperangkap
dalam kecemasan orang-orang dewasa.

jadi sekarang kita seperti ini:
tampil serapi mungkin, namun dari dalam nampak menyedihkan.

kita dipaksa untuk bersedih
oleh hal-hal yang sama sekali tidak penting pada sepuluh tahun yang lalu.
kita bertanya kapan gajih ini akan cair
di saat saldo atm dan isi dompet sudah menipis,
atau cara terbaik menolak panggilan telepon operator asuransi kesehatan akibat menunggak iuran,
dan memakan gorengan,
dan tenggorokan menjadi sakit saat bernyanyi.

kita selalu mempunyai bayangan tentang masa depan sendiri,
namun tidak pernah benar-benar memilikinya. misalnya, orang seperti apa yang menenangkan kita kelak?

apakah ia bisa memasak, setidaknya menggoreng atau merebus telur,
karena itu makanan kesukaan kita

apakah ia jenis orang yang memiliki jurus jitu untuk menangkal kepikunan pabila kita katakan
"aku lupa di mana aku menaruh kunci rumah"?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun