Saya pernah menulis sebuah artikel mengulas soal dakwah yang belakangan ini marak terjadi penolakan dari masyarakat. Saya kemudian mengajukan sebuah asumsi: kenapa dalam realitas yang heterogen dan agamis seperti di Indonesia, berdakwah yang tentu saja mengajak kebaikan, tetapi justru ditolak masyarakat? Banyak alasan sosiologis, kenapa keberadaan dakwah itu ditolak,
entah itu terkait dengan ketidaknyamanan penguasa, politisasi kalangan tertentu, atau bisa jadi karena memang terdapat muatan dakwah yang cenderung "reaktif" kurang "pro-aktif", atau mungkin "provokatif" tidak "persuasif". Asumsi-asumsi ini tentu saja bersifat subjektif, tanpa harus disimpulkan sebagai sedang menohok pihak-pihak tertentu atau menjustifikasi para pendakwah dengan penilaian-penilaian negatif. Asumsi, bagi saya, adalah proses menuju pencarian sebuah kebenaran, sehingga secara lebih "objektif" suatu kebenaran dapat dinarasikan secara lebih baik dan bermartabat.
KEMBALI KE ARTIKEL