Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Beranjak Dewasa

11 Juni 2022   23:04 Diperbarui: 11 Juni 2022   23:08 80 1
Ketika kau kecil, jari-jarimu memohon pada Tuhan. Berharap kau akan cepat dewasa. Iri sekali rasanya melihat orang-orang dewasa bebas melakukan apapun yang mereka mau tanpa terkekang. Sementara, Ayah dan Ibumu memberikan kau banyak sekali pantangan. Setiap hal yang kau lakukan adalah salah di mata mereka. Ucapan seperti
"Jangan nakal ya, harus jadi anak baik"
"Jangan berbicara dengan orang yang tidak dikenal"
"Pulang sekolah harus langsung pulang"
Serta beberapa kalimat yang berulang pada hari-harimu dahulu

Sekarang kau telah bertumbuh menjadi mamusia yang tak perlu dinasihati seperti itu lagi. Harapanmu dan orang tuamu sama, agar kau dapat hidup mandiri tanpa diperintah lagi karena kau sudah cukup dewasa untuk mengerti. Dulu, hal yang kau tangisi adalah lukamu di lutut akibat terjatuh dari sepeda. Sekarang yang kau tangisi adalah dirimu sendiri, merutuki betapa sial nasibmu.
"Mengapa orang lain lebih beruntung dariku?"
Kata-kata itu terus terngiang di benakmu. Ketika kecil memang kau punya seribu angan. Sekarang mewujudkan satu angan rasanya sulit sekali. Hidup berjalan tak sesuai ekspektasimu.

Apakah hari esok adalah keputusasaan yang sama?. Atau, apakah hari esok adalah kesempatan dan harapan yang baru?. Tidak ada jawaban yang pasti. Hidup memang tak pasti. Kadang ia berbaik hati, kadang juga jahat sekali. Namun, itulah aturan mutlak dari hidup. Tak ada satupun manusia yang luput dari kekurangan pada aspek hidupnya. Porsi dan jenisnya saja yang berbeda-beda dari setiap orangnya. Hal yang ditampilkan di depan belum tentu sama dengan yang terjadi di belakangnya.

Kemarin pula, pertama kalinya kau menangis sebagai pribadi dewasa di hadapan kedua orang tuamu. Kau malu karena telah menjadi pribadi yang rapuh. Rasanya seperti telah gagal dalam hidup. Bagaimana caranya membahagiakan orang tua kalau berdiri dengan kakimu sendiri saja kau tak bisa?. Memang pecundang. Menurutmu seperti itu.

Orang tuamu memaklumi dan memelukmu erat. Mereka adalah sosok yang telah melihat baik dan buruk dunia jauh lebih banyak darimu
"Ayah dan Ibu tetap bangga sama kamu. Kita tahu, kamu selalu berusaha. Pintu rejeki selalu ada bagi orang yang mau berusaha"
Ibu memelukmu semakin erat. Setidaknya kau dapat berpikir bahwa masih ada hal baik yang terjadi dalam hidupmu. Kau masih punya tempat untuk berpulang. Setidaknya kisahmu mungkin tidak seburuk yang lain, entah. Setiap orang mempunyai kisah masing-masing yang hanya sang empunya kisah yang tahu.

Ada satu nasihat Ibu yang bermakana. Bahwa kita sebagai umat manusia jangan melupakan Sang Perancang Kehidupan. Selama ini mungkin yang kau salahkan adalah hidup yang menyebalkan. Tetapi kau lupa untuk datang kepada Sang Perancang. Kau lupa meminta-Nya untuk membimbing langkahmu. Kau lupa untuk kembali pada-Nya. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun