Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Berlebaran di Rumah Penulis Buku si Budi

17 September 2010   07:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:11 578 3
[caption id="attachment_260436" align="alignleft" width="216" caption="yuk, kenalan sama Penulisnya"][/caption] Sejak tahun 2000-an, kami sekeluarga selalu menyempatkan berlebaran ke rumah Ibu Siti Rahmani Rauf. Demikianlah nama lengkap beliau, jika saya tak salah tulis. Rauf adalah nama mendiang suaminya, lagi-lagi jika saya tak salah. Waduh, dari tadi kok selalu bilang jika saya tak salah, sih ? Kenapa ? Begini sobat, Ibu Siti Rahmani Rauf ini 13 bersaudara. Beliau adalah anak ke-2 dari 13 bersaudara itu. Sedangkan nenek saya (ibu dari Ayah saya) adalah anak ke-3. Nenek saya sudah almarhumah, beliau wafat di usia 70-an di Medan pada beberapa hari menjelang Idul Fitri tahun 1997. Sebelumnya, nenek saya tinggal di Jakarta. Nah, sejak tak ada lagi nenek, barulah kami sekeluarga menjadikan berlebaran ke rumah Nenek Siti Rahmani Rauf sebagai agenda wajib. Beliau adalah nenek saya juga, dan beliaulah yang dituakan saat ini. Berhubung saudara tertuanya juga sudah almarhumah. Bayangkan, saya memiliki Kakek / Nenek yang jumlahnya 13 pasang, berarti 26 nama yang harus dihafal ? Hehe, saya yakin kami para cucu pun tak hafal semua nama itu. Saya pun punya cara menyebut mereka berdasarkan daerah tempat tinggalnya. Untuk Nenek Siti Rahmani Rauf, saya menyebutnya Nenek Tanah Abang, karena beliau tinggalnya di Tanah Abang. Dulu, saat beliau tinggal di Depok, saya pun menyebutnya Nenek Depok. Huahaha, ternyata hal ini pun dilakukan oleh sepupu-sepupu saya lainnya untuk menyebut Kakek / Nenek kami. Tentu saja ketika kami menyapa Kakek / Nenek secara langsung, tanpa menyebutkan lokasi tempat tinggalnya itu, hehe. Dari ke-13 pasang Kakek / Nenek, ada yang memiliki selusin keturunan. Nenek saya saja melahirkan 7 anak. Sedangkan saudara-saudaranya pun memiliki minimal 6 anak. Tuh kan, berapa banyak lagi nama Om / Tante dan sepupu yang harus dihafalkan ? Pertengahan tahun 2009 lalu, kami pertama kalinya mengadakan pertemuan besar di Jakarta. Wuih, 300-an sanak saudara yang hadir. Mulai dari yang tinggal di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Padang, Lampung semua tumplek blek jadi satu. Tujuannya supaya kami saling mengenal, jangan sampai ketemu di jalan kok nggak kenal, atau jangan sampai ada pernikahan dengan saudara sendiri. Dari segi kesehatan kan nggak baik tuh, katanya. Oya, kembali bercerita tentang Nenek Siti Rahmani Rauf. Baru tahun lalu saya ngeh, bahwa beliau adalah penulis si Budi, Wati, Iwan, dan Pak Madi (bapaknya ketiga anak tersebut). Nama-nama itu selalu mengisi buku panduan pelajaran Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, buku yang saya pakai jaman SD pada pertengahan tahun 80-an. [caption id="attachment_260441" align="aligncenter" width="225" caption="Nenek Siti Rahmani Rauf"][/caption] Ternyata Nenek yang kini berusia 91 tahun inilah penulisnya. Berawal dari obrolan antara saya, Ayah, dan Nenek; tentang 3 buku saya yang terbit pada tahun lalu. Ayah saya bilang bahwa nenek ini yang menulis buku itu. Dulu naskahnya dibeli putus. Bayaran yang diterima Nenek saat itu adalah pergi naik haji. Mana tau kalau naskahnya bisa seperti itu. Pelajaran untuk penulis pemula, hargai tulisan / naskah Anda sebaik-baiknya. Kita takkan tau, ke mana nasib membawa peruntungan atas tulisan yang kita buat. Kini, Nenek tinggal bersama seorang anak perempuannya yang tak lagi bersuami dan seorang wanita pembantu rumah tangga yang baik hati, beserta anak-anak dari si ibu pembantu itu. Mereka hidup bersama layaknya keluarga. Sesekali anak dan keluarga datang mengunjungi Nenek. Menurut pengakuan Nenek, kalau di hari pertama Lebaran, beliau menerima 100-an sanak saudara yang bertamu. Beliau selalu meminta kami untuk datangnya di hari pertama Lebaran. Kami para cucu bisa dapat uang Lebaran yang banyak, ujarnya. Tapi, kami selalu datang di hari kedua Lebaran. Ayah konsisten dari tahun ke tahun, memberikan hari pertama Lebaran untuk dirayakan di rumah keluarga Ibu saya. [caption id="attachment_260443" align="aligncenter" width="300" caption="Lukisan rumah Nenek di Tanah Abang"][/caption] Tentang rumah Nenek, rumah tua yang sederhana namun asri. Banyak bunga, tanaman dan pohon rimbun di halamannya. Sedangkan ruang tamunya menyerupai galeri seni beliau. [caption id="attachment_260446" align="aligncenter" width="300" caption="Ruang tamu Nenek"][/caption] Memajang hasil karyanya : ada kolase, montase, kruissteek, rajutan baju boneka Barbie, hingga sulaman untuk sarung bantal sofa. Memasak pun jago. Wah, benar-benar banyak bisanya Nenek ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun