Sampai waktu mengabarkan waktu terbit mentari. Dan wujud basah embun di atas rapuh kelopak mawar mulai menjauh .
Tinggal kita, Kak. Terbentuk dari tawa dan tangis tanpa pura-pura.
Seperti hujan yang pasti datang setelah mendung. Berharap pada datang pelangi; sebatas mimpi.
Sampai sarayu membisik renjana akan filantropi yang memilih pergi. Akankah kembali?
Tinggal kita, Kak. Berbincang dengan sepi kala lebah berdengung penuhi ceruk yang disebut gelisah. Memintal gelebah menjadi selendang dan menyematnya sebagai kenang.
Tinggal kita, Kak. Dan aku takut menghadapi pekat malam, tanpamu.
Jangan pergi, kumohon...