Seperti Anda ketahui bersama, diantara riuh pemberitaan akan kasus pembunuhan Brigadir J, kasus dugaan korupsi Gubernur Papua Lukas Enembe, dan yang terbaru tragedi Kanjuruhan, ranah politik tanah air sedang diramaikan akan pemberitaan bursa Capres dan Cawapres 2024 mendatang.
Ya bisa Anda lihat beberapa partai politik sudah mulai bermanuver menyusun strategi guna memenangi Pemilu 2024. Diantara partai politik yang menarik perhatian Penulis ialah partai Demokrat, PDI-P, dan Nasdem.
Pemberitaan mengenai partai Demokrat menurut Penulis menarik ialah dikarenakan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang akan turun gunung menghadapi Pemilu 2024. SBY mengungkapkan bahwa ia mendapatkan informasi bahwa upaya kecurangan di Pemilu 2024 berupa pengaturan Pilpres yang hanya diikuti dua pasangan calon.
Dilain sisi pemberitaan akan dukungan kader Demokrat untuk mengusung Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masuk dalam bursa Capres turut serta memperlihatkan adanya keterkaitan sebab musabab turun gunungnya SBY.
Dari kacamata Penulis melihat sejak terpilih menjadi Ketum dan dualisme yang terjadi sebelumnya pada kubu Demokrat, sosok AHY hingga kini masih sangat rentan. Kenapa? Penulis melihat sebagai Ketum partai nampak AHY belum bisa lepas dari bayang-bayang SBY yang terus menyokongnya. Kiranya semua mahfum, orangtua mana yang tidak ingin anaknya berhasil. Tetapi disini acapkali orang lupa bahwa nasib anak bisa berbeda dengan orangtua.
Dari ragam survey memperlihatkan bahwa elektabilitas AHY masih rendah. Kemudian Penulis menilai AHY umurnya relatif masih muda, minim jam terbang dalam artian kapabilitas kepemimpinannya masih belum teruji, tentu dengan (jika saja) AHY diusung sebagai Capres maka hal ini bukan suatu pekerjaan yang mudah bagi kubu Demokrat.Â