Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Normal dan Psikopat (6)

12 Oktober 2020   19:10 Diperbarui: 12 Oktober 2020   19:11 29 1
"Tha, tulis ya semua catatan disini!" ucap ketua kelas sambil memberikan buku berjilid berukuran A4. Ragatha mengangguk. Jantungnya akhir-akhir ini bergetar.

Ragatha sibuk menulis catatan dari buku tulis hingga pelajaran sekarang. Tiba-tiba terlintas di pikirannya, "Hm, buku cerita!!!" Ragatha seketika berdegup ketika ada tikus hitam di atas lemari. Ia kembali kesal. "Aku tidak suka kamu disana!" tikus itu tak mau pergi.

"Aku ambil pisau!" Ragatha bergegas pergi namun hewan itu tak mau pergi, Ragatha kembali melempar obat penyembuh lambung dan kembali diserahkan pada perempuan polos itu lagi.

"Hai, ada coklat lagi!" Ragatha menerima dengan senyum. "Ya ampun ada tikus lagi!" Icha ketakutan, namun Ragatha lama-lama ingin melakukan sesuatu agar perempuan polos itu bisa menghilangkan rasa ini. "Tikus kau pergilah!".

Ragatha sibuk menulis buku, ia mengikuti buku berjilid yang ia buat jadi A5. "Hm... bagaimana caranya?" Ragatha ditemani oleh pensil yang sudah diraut sangat tajam.

"Hai, boleh aku minta tolong?" ah, perempuan polos itu muncul di hadapannya. Rambut panjang itu ingin sekali ia potong. "Kamu tak lihat aku sedang apa?" , "Oh, dia tinggi sekali. Tubuhmu tinggi!" , "Kamu memanfaatkanku?" , "Apa?" perempuan itu mengulang terus kata terakhirnya.

Ragatha sudah menulis 13 halamannya, ia memutuskan untuk tidur sambil memakan coklat batang pemberian Icha. "Icha kuberi hadiah apa ya?" ia melihat berbagai macam vitamin di mejanya. Ia membuat sesuatu dengan senyum buasnya.

Keesokkan hari, Ragatha membuka botol berisi zat itu dan Icha terbatuk sampai banyak reak yang keluar. "Tha, itu apa deh?" Icha sudah tak kuat lagi. "Mengapa perlu tahu?" Icha lama-lama kesal dan keluar dari kelas. Ragatha nakal menaruh zat itu di meja Icha.

"Tha, kenapa sih?" Icha menjauhkan namun Ragatha kembali menaruh ke tempat semula. Tak lama perempuan polos itu lewat lagi. "Ganggu!!!" batin Ragatha. Ragatha akhirnya memilih membaca buku, tapi buku Psikologi.

"Arghh, entah kekesalanku ingin ditumpahkan!".

BERSAMBUNG

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun