memaki dunia yang tak mengenalnya
ketika kabar mengiris telinga
gelita malam ini mengantarkan rintik air dari awan lengang malu-malu
rasa keraguan memenuhi udara dingin
betapa tak percaya ia ditinggal selamanya
lalu aku bertanya bisik pada teras sepi
kapankah jeruji mimpi ini terlampaui
bila hati rimba ini tak mereda
terus saja menyimpan dendam tak mungkin terbayar senjata
walau di atap rumah, merdu menderu. tetes-tetes  menyeru teduh, lekas akan tertolak
anak yang ditinggal ayahnya mengutuk nafas para tentara
memaki dunia yang tak mengenalnya
ketika kabar mengiris telinga
di atas ranjang tubuh lunglai rebah tak berkata
menyelisik memoar janji-janji pagi hari, akan pulang sore nanti
Sayang beribu serapah sayang telah meledak ke arah lampu kuning
tangisnya juga telah reda. Lelap menjadi cara istirahat sang duka
anak yang ditinggal ayahnya mengutuk nafas para tentara
memaki dunia yang tak mengenalnya
ketika kabar mengiris telinga
Depok, 27 Juni 2022