Dokumen Pribadi
Tahun 2004, sekitar 10 tahun lalu, ketika pertama kali menginjakan kaki di Pulau Bali bersama teman-teman SMA, selain mengunjungi banyak tempat pariwisata maka tak lengkap kalau pulangnya gak mampir ke pusat oleh-oleh. Waktu itu lagi booming baju dari pabrik kata-kata khas Bali. Selang 10 tahun kemudian, datang kembali ke Bali bersama #bloggervisitpertamina, ada yang berubah, Krisna Oleh-Oleh Khas Bali menjadi destinasi utama membeli buat tangan untuk keluarga dan karib kerabat tercinta. Setelah mobil rombongan #bloggervisitpertamina terparkir, Kami memulai petualangan di outlet Krisna yang ada di Jl. Raya Tuban no 2x, gak jauh dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Selain sering disebut sebagai “RAMA KRISNA”, Outlet ke-4 ini sangat unik karena buka 24 jam non stop. Saya menjadi pengunjung nomer 180 malam itu (10/10). Dokumen Pribadi, maap gambar burem, maklum pake hape :)
Suasananya bisa ditebak, sangat ramai, pengunjung dimanjakan oleh berbagai macam pilihan oleh-oleh. Ada makanan, kain batik, cinderamata, aksesoris dan souvenir. Hal unik lainnya adalah Krisna menyediakan kaos dengan beragam harga, termasuk kaos dengan harga premium. Sementara pengunjung yang ingin membeli kaos lebih mahal bisa masuk ke bagian penjualan kaos diruangan khusus. Dokumen Pribadi
Outlet ini yang pertama kali dibuka tanggal 01 November 2010 ini juga menyediakan makanan dengan produk berlabel halal, yang saya beli waktu itu adalah dodol rasa tomat. Sayang Saya tidak sempat memfotonya, keburu Saya bagi-bagi ke teman-teman kantor. Meski merupakan produk buatan Lombok, Nusa Tenggara Barat, namun komitmen Krisna dalam memberikan pilihan produk dengan jaminan halal khususnya bagi pengunjung beragama Islam adalah langkah unik dan perlu diapresiasi. Tak berhenti sampai disitu, Saya juga beli longdress dan daster. Distruk pembelian tertulis longdress busana muslim jumbo ester dan daster muslim. Krisna telah memberikan pilihan produk bagi para muslimah yang ingin tampil santai meski berada diluar rumah. Keunikan lainnya Krisna menurut Saya adalah menyediakan layanan packaging dengan harga relatif murah Rp7000 rupiah untuk satu kardus Krisna. Pengunjung sudah bisa mempacking oleh-olehnya dengan tingkat keamanan yang juga baik. Apalagi jika dibandingkan dengan harga wrapping di Bandara yang harganya jauh lebih mahal Rp50.000 untuk sekali wrapping. Dokumen Priadi
Malam itu Saya menghabiskan Rp508.500. Saya jadi membayangkan kalo setiap pengunjung rata-rata katakanlah menghabiskan Rp100 ribu setiap kali kunjungan, dan dikali dengan rata-rata pengunjung menurut Gusti Ngurah Anom atau yang Kita biasa sapa Pak Cok, Pemilik Krisna, yang mencapai 15.000 orang per hari maka kira-kira omset Rama Krisna Tuban setiap harinya bisa mencapai Rp1,5 miliar. Itu baru satu outlet, bagaimana kalo ditambah dengan 3 outlet Krisna yang lain. Belum lagi dari bisnis Krisna yang lain dibidang kuliner, otomotif, boutique dan lainnya. *** Barangkali belum banyak orang yang mengetahui. Bahwa kesuksesan itu membutuhkan waktu. Itu juga yang menyemangati Gusti Ngurah Anom muda untuk terus berusaha. Kisah hidupnya kita bisa baca dari blog pribadinya, http://ajikcokkrisna.blogspot.com/ bagaimana seorang Gusti Ngurah Anom yang terpaksa tidak melanjutkan kejenjang SMA karena keterbatasan biaya, punya motivasi tinggi untuk memiliki kehidupan menjadi lebih baik. Semua Ia lakoni, mulai dari tukang cuci mobil di Hotel Rani sampai ia memulai usaha konveksi di tahun 1990 dengan nama Cok Konfeksi. Semua terbayarkan, Gusti Ngurah Anom kini meraih sukses dengan bisnisnya. Ia juga tidak pernah lupa untuk terus berbagi sebab baginya saling membantu menuju keberhasilan bersama adalah pesan dikehidupanya. Ia juga menjalin relasi dengan banyak orang, travel, travel guide, hotel, taksi dan lainnya dengan saling memberikan keuntungan. Pesan lainnya agar meraih kesuksesan adalah terus mengembangkan usaha melebarkan sayap bisnisnya diberbagai bidang. Barangkali Gusti Ngurah Anom menyadari bahwa sifat alamiah sebuah bisnis adalah seperti roda kehidupan, kadang di atas kadang di bawah, harus survival of the fittest, terus berinovasi, terus mengembangkan usaha dan terus menyesuaikan diri yang akan mampu bertahan dan terus berkembang. []
KEMBALI KE ARTIKEL