Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Pilkada DKI 2017, Antara Demokrasi, Tuhan dan Mayat

12 Maret 2017   19:00 Diperbarui: 13 Maret 2017   04:00 143 2
Pilkada DKI putaran pertama telah memilih jalannya sendiri. Ketika ayat kitab suci yang sengaja diplintir oleh orang-orang yang notabene adalah seorang terpelajar punya kedudukan sebagai pengajar. Rela menggunting kata-kata sehingga kelihatan ambigu. Sasarannya supaya petahana terancam kehilangan karir sebagai paslon yang memiliki kesempatan untuk beradu gagasan dan visi dan misi di pilkada ini. Tetapi apa daya sampai sekarang sudah menjalani sidang demi sidang di pengadilan belum menemukan Titik terang. Begitu banyak pendapat dari saksi ahli tak ada satu pun bisa membawa dia ke BUI. Sampai sang Pemimpin yang katanya pembela agama heran sehingga berdalih pihak tersangka menggunakan dukun serta ilmu hitam untuk menghambat proses kriminalisasi ini. Masa sih masih percaya takhayul pada zaman milenia ini. Sungguh primitif kali ya. Saya sih tidak bisa menebak bagaimana jalan sidang yang katanya "Penista agama itu". Tetapi kebenaran akan menemukan jalannya walaupun terjal, penuh kerikil-kerikil tajam. Pasti ada titik terang ada yang menang dan yang kalah di pengadilan itu. Cuma yang saya tau Tuhan tak jadi daftar Pemilih Tetap di pesta demokrasi . Tuhan adalah Penentu jalanNya pertarungan ini. Siapa yang menang di pertengahan sudah DIA Tentukan serta maju sampai babak akhir.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun