Telah serak suaranya. Telah kering tenggorokannya. Dia tetap bertahan. Dia berteriak terus, "Kotanopan! Kotanopan!" Hanya seorang-dua yang menyetop motor bon (pen; penyebutan untuk mobil angkutan kota), tapi akhirnya orang-orang memilih batal menumpang, karena gundukan dalam ember itu.Â
KEMBALI KE ARTIKEL