. . . Untuk sebuah keperluan bisa mengakses tulisan sendiri, kreasi ini saya coba hadirkan. Semoga bermanfaat. Ke depan, isi nomor urut dan judul postingan baru akan terus bertambah dan saya terus terbitkan di halaman terdepan profil saya. Semoga cara ini diterima dan tidak melanggar aturan admin. Sebelumnya maaf dan terima kasih banyak.
198). “Tidak Harus Pintar Sendirian”
197). “Orang Tua(lah) Yang Mendurhakakan Anak”
196). “Sebelum Kebaikan Benar-Benar Habis Masa Pakainya”
195). Apa Kabar “Cara Terpilih yang Benar” dari Nyanyian Kesaksian Nazaruddin
194). “Seberapa Tahan Kita Tidak Menceritakan Masalah “Rumah Tangga” Kita Ke .Pihak Lain”
193). “Apa Mungkin Untuk Tidak Pernah Menceritakan Masalah Rumah Tangga Kita Ke Pihak Lain.”
192). “Ada Batas Samar Dari Sebuah Nasehat Yang Terlalu Idealis, Kita Perlu Memperjelasnya” .
191). “Maafkan Saya: Sebuah Anekdot Yang Kurang Mendidik, Dengan Ini Saya Hapus”
190). “Satu-Satu Datang, Satu-Satu Pergi”
189). Sekali Lagi “Kenyataan Tidak Pernah Salah” Secara Kausalitas
188). Teori: “Kenyataan Tidak Pernah Salah”
187). “Error, Kompasiana Error!”
186). “Sistem Moral dan Kesadaran Dalam Evaluasi Belajar Siswa”
184). “Ada Apa dengan Belajar Kita di Sekolah?”
183). “Selagi Masih Ingin Bicara”
182). Prihatin: “Betapa Rancunya Kejujuran Di Negeri Ini”
181). “UN Tahun Ini Berhasil ! Berhasil Dikelabui, Apa?”
180). “Tukaran Pasangan? Yang Benar, Eh Benak Saja Ah!”
179). “Selagi Mereka Berharap, Kita Masih Punya Banyak Kesempatan
178). “Sampaikan Prihatin ini Biar Sampai”
177). Humor: “Wawancara Langsung”
175). Perspektif: “Pada Sebuah Sistem Moral Dan Kesadaran”
174). “Bukan Harga Mati untuk Megawati”
173). “Pidato Megawati Memukau Saya!”
172). “Belajar Mengoreksi Situasi yang Stagnan ala Cucak”
171). “Coba Mengoreksi Korengan(Koreksi dan Larangan)”
170). “Wah, Saya Dijitak Si Cucak Soal Postingan Barusan”
169) “Coba Memahami Si Cucak”
168). Mutiara Kecil: “Surat Tagihan Kiki”
167). Kita Perlu Menemukan SistemNya
166). Ternyata Sulit Memang menjadi Diri Sendiri
165). Prihatin: “Biarkan Dia Berlalu Cucak!”
164). Pada Sebuah Empati dari Tengah Simpati Orang Banyak
163). Kisahku: “Salah Perhitungan”
162). Baiknya Saya Mengundurkan Diri Saja
161). Belum Tahu Judulnya
160). Sahabat Komunikasi Setiap Orang
159). Ada Apa dengan Pasangan Selingkuh Kita*?
158). “Apalagi Saya”
157). Kadang Lebih Baik Mengalah Daripada Memenangkan Sebuah Kemenangan
156). Humor: “Koleksi Nyabung Binatang”
155) Humor: “Syukur, Karena Kalau Tidak…?”
154) Ulah Usil Horror Si Cucak Kecil
153). Bicara Si Cucakruwa Sulit Dipahami, Kasihan Ya?
152). Teori Jaga Jarak Si Cucakruwa
151) Pada Sebuah Sistem
150). Mulailah Membajak dengan Caramu
149). Anekdot: “Sewot Itu !”
148). Anekdot: “Kapan Itu??!”
147) Perspektif: Antara Kembali ke Diri Sendiri dan Perbaikan Sistem/Keadaan
146). Perspektif: “Anda(i) pada Sebuah Sistem (2)”
145). Perspektif: “Anda(i) Pada Sebuah Sistem”
144). Persepsi: “Kita Tidak Selamanya Punya Uang, Tapi Kita Selamanya Akan Punya Uang”
143). Humor: “Ketika Berdiri Dari Tidak Dapatkan Kedudukan”
142). Prihatin: “Betapa Beda Cara Kami”
141). Coba Mulai Memanejemen Diri, tapi Buyar Lagi
140). Kabar Kaburnya Sebuah Masalah
139). Realiksi: “Catatan Ketelmian Di Kepala Botak Santri Anakku”
138). “Blog Ini Untuk Sementara Dikapling, Lahannya Mau Saya Bajak Dulu”
137). Mempertanyakan Makna Ketidakjujuran Dalam Ujian Nasional
136). Perspektif: “Kenyataan Tidak Pernah Salah, Secara Kausalitas.
135). Tanah Tumpah Konflik Saudaraku
134). Prihatin: “Berikan Mereka Kesempatan Bermain”