Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Apakah Kita Masih Butuh ART Saat Ini?

22 November 2021   13:05 Diperbarui: 22 November 2021   15:53 491 35



Salah satu pekerjaan yang punya keunikan tersendiri di Indonesia adalah Asisten Rumah Tangga (ART). Dulu saat saya masih kecil istilah yang digunakan adalah "pembantu", yaitu orang yang tugasnya membantu pekerjaan di rumah.

Waktu kami kecil Ibu memang menggunakan pembantu tapi tidak ikut tinggal di rumah alias pulang hari. Saat itu keluarga kami punya tukang becak langganan. Tiap pagi bergiliran mengantar kami ke sekolah, lalu mengantar ibu ke pasar, ke pengajian, dan sebagainya. Intinya tiap ada keperluan yang masih dalam jangkauan jarak dekat banyak yang menggunakan becak.

Rumah bapak becak ini hanya sekitar 200 meter di kampung belakang rumah kami. Istrinya datang setelah pekerjaan di rumahnya selesai jadi sekitar jam 8 pagi, istrinya mulai melakukan pekerjaan di rumah kami. Pekerjaannya hanya mencuci, setrika, bersih-bersih rumah, dan menyiangi belanjaan, sedang yang memasak tetap ibu.

Tapi setelah kami besar alias sudah masuk SMP, kami tidak lagi menggunakan pembantu. Pertama sudah ada peralatan rumah tangga yang membantu pekerjaan di rumah. Bapak dan ibu sudah menyediakan mesin cuci, setrika listrik, dan peralatan kebersihan lainnya.

Jadi tiap anak harus mencuci bajunya sendiri sedang untuk urusan bersih-bersih rumah diadakan jadwal piket siapa yang menyapu dan siapa yang mengepel tiap harinya. Urusan masak masih dilakukan ibu.

Saat itu di tahun 90-an, susahnya mencari asisten rumah tangga yang cocok dan tinggal di dalam rumah sudah dirasakan ibu saya. Yang berasal satu kampung halaman pun sulitnya setengah hidup, karena banyak yang lebih memilih jadi buruh pabrik atau TKW keluar negeri daripada jadi pembantu.

Oleh sebab itu, didikan orangtua ketika kami mulai SMP, membuat kami terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Meskipun terkadang malas ya tapi harus dikerjakan karena sudah menjadi bagian dari tanggung jawab kami di dalam rumah.

Pekerjaan rumah tangga itu adalah keterampilan hidup yang harus dimiliki setiap orang. Kecuali mungkin jika hidup Anda seperti Rafathar yang sudah sultan sejak kecil.

Entah mengapa di Indonesia dan sebagian negara Asia saja profesi ART ini masih sangat dibutuhkan padahal bila berkaca ke negara Eropa atau Amerika masyarakat di sana bisa survive tanpa adanya ART. Saya jadi berpikir apakah ini soal budaya, mental, pola pikir, atau apa?

Apalagi di zaman sekarang ini di mana kehidupan keluarga generasi milenial dan generasi Z yang ingin hidup lebih simple. Selain juga sudah banyak pekerjaan yang bisa "di-out sourcing-kan", kebutuhan akan ART sudah bukan prioritas utama lagi.

Pertama untuk belanja kita bisa menggunakan aplikasi belanja yang tinggal pencet di HP, barang akan datang di depan pintu. Begitu juga urusan bersih-bersih rumah, ada layanan kebersihan yang bisa dipanggil hanya saat kita butuh. Urusan cucian pun demikian, sudah banyak laundry kiloan. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun