Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerita Pemilih

Satu Kata Satu Perbuatan

22 April 2019   13:40 Diperbarui: 22 April 2019   13:58 9 0
Satu Kata Satu Perbuatan;

Sudah 6 hari pemilu serentak berlalu, banyak dari kita larut dalam ironi. Begitu banyak suka maupun duka. Sukanya masyarakat dibawa kedalam pesta demokrasi yang 5 tahun sekali diselenggarakan. Dukanya banyak juga dari para petugas yang senantiasa mengabdi buat nusa dan bangsa demi terselenggaranya pemilu yang Jujur dan Adil. Kini, seiring selesainya masa pemungutan suara, tak sedikit dari masyarakat kita tergiring dalam opini yang tercecer di dunia maya, hingga berujung pada tersematnya istilah "Politisi Dadakan". Debat pun banyak berserakan di beranda setiap akun media sosial, seperti Twitter, Facebook hingga akun media sosial lainnya.

Menilik ke Negara-negara eropa yang yang notabene banyak dari negara tersebut dikategorikan negara maju, bagi saya peribadi perdebatannya sudah berada di tataran jauh dari kita. Adu konsep hingga perdebatan gagasan pun tersaji. Sebaliknya dari kita masih terjebak dalam hal saling menjelekkan hingga menjatuhkan. Jadi jangan heran ketika banyak saling lapor antar kubuh. Lantas, apakah akan tetap terjebak dalam hal demikian?. Iya, usia demokrasi yang baru menginjak ke-20 menjadi resiko tersendiri dalam membentuk watak hingga karakter rakyat Indonesia. Bahkan banyak pula dari para politikus, negarawan hingga akademisi memprediksi kita akan tetap terjebak dalam konteks seperti ini hingga pada akhirnya masyarakat kita bisa belajar seiring berjalannya demokrasi.

Sejalan dengan konteks diatas, lalu apa yang sudah diberikan buat bangsa sebesar Indonesia ini? Banyak berkata tapi sedikit berbuat tentu bukanlah hal yang baik, kebalikannya sedikit berkata tapi banyak dalam berbuat akan lebih baik. Ibaratnya "Satu Kata Satu Perbuatan". Mungkin itulah yang patut kita terapkan sehingga akan seiring antara perkataan/konsep atau pun sikap dengan implementasi agar demikian apa yang kita ucap terlihat sebagai perbuatan sebenarnya.

Semoga kita semakin dewasa dalam memaknai perbedaan agar kelak kita bisa jadi saksi sejarah saat kita sudah dipuncak. Karena sejatinya sejarah itu untuk dikenang, bukan terlupakan.

Maka Belajarlah Dari Sejarah

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun