Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Di Mata Belanda Soekarno Separatis, di Mata Indonesia Benny Wenda Separatis

22 Juli 2019   14:24 Diperbarui: 22 Juli 2019   14:55 238 0
WEST PAPUA: DI MATA KOLONIAL BELANDA, IR. SUKARNO SEPARATIS, DI MATA PENGUASA APARTHEID INGGRIS, NELSON MANDELA KOMUNIS, DI MATA KOLONIAL INDONESIA BENNY WENDA SEPARATIS

Oleh Gembala Dr. Socratez S.Yoman

1. Pendahuluan
Saya harus mendidik dan menjagar baik-baik para anggota DPR RI dan juga penguasa kolonial Indonesia yang tidak banyak paham atau tahu tapi bikin diri pura-pura tidak tahu.

Anggota Komisi I DPR RI, ibu Evita Nursanty mengatakan:

"Saya menyesal dan mengencam apa yang dilakukan Dewan Kota Oxford yang memberikan Honorary Freedom of the City kepada Benny Wenda, sosok yang saya yakin sebenarnya tidak dikenal baik oleh Dewan Kota Oxford." (SINDONews, Rabu, 17/7/2019).

Soal sosok Benny Wenda, barangkali Ibu Evita anggota Dewan Terhormat yang tidak kenal beliau. Sepertinya ibu baru kaget nama pak Benny Wenda. Ibu perlu belajar banyak dan wawasan harus luas sebagai wakil rakyat, dan harus tahu bahwa basis pak Benny Wenda dan kampanye West Papua Merdeka di Oxford, kantornya Walikota. Bagaimana Walikota Oxford tidak tahu pak Benny Wenda yang berada 14 tahun sejak 2005 di Oxford? Bagaimana Walikota tidak tahu pada kenyataannya setiap 1 Desember selalu kibarkan Bendera Bintang Kejora di bumbungan Kantor Walikota.

Komunitas global, kawasan Pasifik, termasuk Australia, New Zealand,  kawasan Afrika-Karabia, kawasan Eropa, Amerika,  Amerika Latin, nama Benny Wenda dikenal sebagai pahlawan sejati pejuang keadilan, pedamaian, kesamaan derajat, hak asasi manusia dan West Papua Merdeka.

Apa yang dikatakan ibu Evita benar karena sejarah selalu mengulang. "Belanda memberikan stigma Ir. Sukarno separatis karena ia melawan kolonial Belanda yang menduduki  Indonesia dari Aceh sampai Ambon. Penguasa Apartheid, Inggris memberikan label atau stigma kepada Nelson Mandela Komunis karena melawan kekuasaan Apartheid di Afrika Selatan. Kolonial Indonesia memberikan stigma separatis kepada Benny Wenda karena pak Wenda dan bangsanya sedang melawan kolonial moderen Indonesia yang menduduki dan menjajah rakyat dan bangsa West Papua. Apa yang disampaikan para penguasa Indonesia hanya pengulangan sejarah, tidak ada hal-hal baru yang mengejutkan kita semua."

2. Benny Wenda layak mendapat Penghargaan

Benny Wenda deserve the Honorary of Freedom of Oxford. Artinya, Benny Wenda  sangat layak,  berhak dan pantas mendapat pengharaan Freedom of Oxford. Karena Walikota dan amggota Dewan sudah kenal baik dan sudah tahu persoalan kejahatan kemanusiaan yang terjadi di West Papua.

Rakyat dan bangsa West Papua dan komunitas global tidak meragukan integritas, kredibilitas dan moral Benny Wenda. Benny Wenda bukan sosok pembohong seperti kebanyakan penguasa Indonesia yang tidak punya moral politik dan selalu merusak kredibilitas bangsanya dengan kejahatan kebohongan mereka selama ini di mata komunitas global.

Seorang teman diplomat pernah diskusi dengan saya: "Pak Socratez, ada seorang jenderal aktif TNI berbicara berapi-api tentang Papua, tapi saya hanya pura-pura dengar dia karena dia banyak bohongnya."

Peristiwa terbaru pada Februari 2019, pada saat Dewan Gereja Dunia (WCC) berkunjung ke West Papua, saya, pdt. Dorman Wandikbo, pdt. Yahya Lagoan temani Ketua Tim Peter Prove dan beberapa rombongan ke Wamena. Waktu kembali dan pada makan siang  anggota WCC sampaikan kepada saya: "Socratez, pertemuan tadi semu dan hampa. Sepertinya mereka sembunyikan sesuatu yang tidak baik, terutama komandan tentara itu dari mulutnya keluar banyak tipu."

Saya jawab kepada mereka: "Now you learn and you heard directly from them." Artinya, sekarang Anda belajar dan Anda dengar secara langsung dari mereka.

3. Ir. Jokowi Tidak Dipercaya  oleh rakyat West Papua

Penguasa  kolonial dan anggota DPR RI perlu tahu, bahwa Ir. Joko Widodo tidak sepenuhnya dipilih oleh rakyat West Papua. Rakyat yang memilih pak Jokowi paling 35%, tetapi 75% dipilih oleh pak  gubernur dan  para bupati, walikota dan KPU ikuti perintah gubernur. Jadi, legitimasi rakyat West Papua kepada Ir. Jokowi juga lemah. Karena pak Jokowi tidak pernah penuhi janjinya-janjinya.

Di West Papua Ir. Jokowi menang karena pak Gubernur perintahkan untuk para bupati dan walikota untuk memenangkan pak Jokowi.

Memang harus diakui jujur, di perkotaan itu pak Jokowi mendapat dukungan signifikan karena di kota banyak penduduk orang-orang Indonesia.

4. Tidak ada pembangunan sangat pesat di West Papua

Yang ada adalah operasi militer yang kejam di Nduga  atas perintah Presiden Ir. Joko Widodo. Apakah operasi militer sedang berlangsung itu yang dibanggakan pembangunan sangat pesat. Apakah Penduduk Asli diusir dari kampung halaman mereka itu yang dipromosikan pembangunan sangat pesat. Apakah anggota TNI menembak mati seorang Pendeta senor Nigiri dan menembak mati beberapa rakyat sipil itu kemajuan pesat? Kacamata apa yang digunakan penguasa Indonesia?

Yang ada di West Papua ialah banyak Orang Asli Papua ditembak mati tapi pembunuhnya tidak pernah ditangkap dan diproses hukum. Para pembunuh ada TNI-Polri mereka berjalan bebas tanpa salah dan dosa. Pembunuh Penduduk Asli Papua diberikan pangkat pahlawan dan promosikan jabatan.

Kemajuan pesat di West Papua ialah kekerasan, kekejaman, peminggiran Penduduk Asli Papua.  Kapan Ir. Joko Widodo penuhi janji  mau selesaikan kasus 8 Desember 2014 di Paniai dimana 4 siswa ditembak mati TNI?  Apakah Ir. Joko Widodo sudah menghukum para kriminal itu?  Apa yang dibanggakan dengan Presiden Ir. Joko Widodo? Yang jelas dan pasti: Ir. Jokowi presiden powerless/tak berdaya  karena berada dibawah ketiak TNI-Polri. Walaupun secara personal pak Jokowi orang yang hebat.

Pikiran baik ibu Evita untuk mengundang Dewan Kota Oxford untuk ke West Papua disambut baik.  Karena ini pikiran positif, maka Pelapor Khusus PBB, Wartawan Asing juga diundang ke West Papua supaya melihat pembangunan pesat yang digembor-gemborkan sampai di PBB itu.

Akhir dari tulisan ini, saya himbau kepada rakyat Indonesia kedepan pilihlah wakil rakyat untuk DPR RI yang cerdas, berwawasan luas, berpikiran obyektif, punya latar belakang pendidikan yang memadai. Sebut salah contoh pemimpin terdidik, berwawasan global, obyektif,  rasional dan punya nurani seperti: Jenderal Pol. Muhammad Karnavian Tito. Congratulatins pak Tito, Anda kembali dipercaya menjadi Kapolri. Anda memang layak mendapatnya. Selamat melayani.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun