Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

AI Versus Generasi Milenial

31 Desember 2018   20:36 Diperbarui: 31 Desember 2018   20:54 211 0
AI dan Generasi Milenial

Mari berbicara tentang Artificial Intelligence atau dikenal dengan istilah AI.

Kita pasti sering mendengar tentang AI ini. Hampir setiap hari ada saja artikel atau video yang menunjukkan temuan-temuan AI yang baru.

Semakin ke sini kita saksikan AI sepertinya sengaja diciptakan oleh para ilmuwan  untuk mengambil alih fungsi sebagian manusia. Bahkan mereka juga menciptakan hologram bersosok perempuan untuk para jomblo yang siap menunggu dan menghibur para jomblomen saat mereka pulang dari kantor.

Dulu ketika revolusi industri dimulai, ditemukan mesin uap sehingga terjadi perubahan mendasar dalam industri dan masyarakat. Mayoritas masyarakat menjadi pekerja di pabrik-pabrik.

Tahukah teman, kini revolusi industri sudah memasuki babaknya yang ke4. Mencengangkan? Tidak juga. Kita ingat perjalanan industri otomotif memperkenalkan sistem ban berjalan, itu revolusi industri ke2.

Kemudian kita mengenal istilah globalisasi  dan digitalisasi di tahun 90an. Di era inilah lahir yang namanya negara tanpa batas teritori. Negara yang berbasis di Wall Street, dengan kode yang tercatat di bursa NYSE, HSE, JSE, dll. 'Negara' yang presidennya disebut CEO, yang kekuasaannya bisa meliputi puluhan bahkan ratusan negara termasuk kepala-kepala negaranya. Undang-undangnya dikenal dengan istilah kode etik, peraturan perusahaan, SOP, tunduk pada bermacam standarisasi operasi yg disebut ISO. Itu semua revolusi industri ke3.
Revolusi industri 3.0 ini menghasilkan sejumlah kapitalis dunia, elit industri, triliuner dunia.

Kini, di jaman now ini, ilmu pengetahuan sangat pesat melakukan terobosan yang ditujukan utk kemudahan hidup kita sehari-hari. Mulai dari urusan perut sampai keuangan semua sudah dibuatkan aplikasi yang berbasis IT. Penggunaan AI hampir selalu ada di setiap lini industri. Selamat datang di era revolusi industri 4.0.

Pertanyaannya, kenapa bisa sampai AI memenuhi hampir semua bidang bisnis masa kini. Sepintas kita merasa diuntungkan dengan hadirnya AI ini, tapi pernahkah kita membayangkan seperti apa masa depan angkatan kerja berspesies manusia kelak berhadapan dengan spesies AI?

Katakanlah saya paranoid, mencurigai AI tidak pada tempatnya, silakan, tidak mengapa. Saya hanya ingin mengeluarkan uneg-uneg keresahan melihat perkembangan AI sekarang ini.

AI sebagai teller sudah hadir lebih dulu, dia adalah ATM. Kini atm pun mendekati akhir kepopulerannya, diganti transaksi cashless dan cardless. Semua komputerisasi, AI lagi. Pada akhirnya tidak lagi dibutuhkan posisi customer relation di bank karena peran mereka sudah digantikan oleh chatbot alias robot lagi-lagi dari spesies AI.

Saya melihat video masterchef robot bernama Moley. Dirancang menjadi koki handal di rumah, kabarnya mulai dipasarkan 2019. Saya juga sudah melihat video mobil otomatis tanpa pengemudi yang bisa membawa penumpangnya kemana saja. Belum lagi robot tukang bersih-bersih, robot security gedung, dan lain sebagainya. Jika semua itu terwujud dan dipasarkan masal, maka akan bertambah lagi profesi yg terancam oleh robot.

Mungkin betul saya terlalu pesimis, galau, kuatir dalam membayangkan ancaman AI terhadap manusia. Bagi sebagian orang, kehadiran AI justru dinantikan. Misalnya para pengusaha dan pemilik pabrik yang sudah lelah menghadapi demonstrasi buruh bertahun-tahun. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun