Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Semua Ambisi Manusia Berujung di Tanah

15 Mei 2021   22:10 Diperbarui: 15 Mei 2021   22:19 48 1

Tanah, itulah asal kita. Andai Allah tak meniupkan ruh, manusia hanyalah seonggok bangkai yang bau dan menjijikkan. Temannya, belatung, cacing dan hewan yang menjijikan lainnya. Itulah yang layak menemani bagi yang menuhankan tampang fisik.

Rumah yang mewah dan megah, semuanya berasal dari tanah. Asset yang berbentuk properti hanyalah kreasi dari pasir, batu, besi, kayu yang semua digali dari tanah. Andai Allah tidak membekali manusia dengan imajinasi dan akal, manusia tak punya daya cipta dan kreasi. Akan dimana tempat tinggal manusia? Mungkin menjadi makhluk yang terhina karena tak memiliki kekuatan fisik seperti harimau, kerbau, unta dan makhluk lainnya.

Uang yang sering dikorupsi dan diperebutkan  hanyalah sebuah kertas yang diciptakan dari pepohonan. Uang hanyalah kertas, andai pemerintah tak mengakuinya sebagai alat tukar, uang hanyalah  mainan seorang anak kecil. Bisa jadi sebuah kertas yang indah karena ada gambarnya saja.

Mobil hanyalah besi, karet, plastik dan batu yang dikerasikan. Namun kita silau dengan desainnya saja. Andai manusia tak diberikan akal dan imajinasi, semua terpendam didalam bumi. Namun kita lebih menuhankan mobil dibandingkan bersyukur dengan yang memberikan akal.

Saling berbangga itulah yang membuat perekonomian hedonisme dan kapitalis tumbuh dan bergerak. Berlebih-lebihan itulah yang membuat apa yang diproduksi dan dikonsumsi manusia menghancurkan sumber daya yang seharusnya disiapkan bagi generasi berikutnya.

Apa yang dibanggakan manusia, pada hakikatnya berasal dari tanah. Makanan, minuman, sandang dan papan semuanya dari tanah. Yang berjiwa kerendahan akan membanggakan yang rendah. Yang rendah selalu berpoles dan berkamuflase untuk menutupi kerendahan dan kehinaannya.

Lihatlah semua yang telah dikonsumsi dan digunakan manusia. Bagaimana bentuknya? Kotoran dan kehancuran. Itulah hakikatnya. Apa yang dibanggakan manusia akhirnya menjadi kotoran, sampah dan kehancuran. Manusialah pencipta sampah-sampah di semesta ini.

Mana yang lebih berharga, kotoran hewan atau manusia? Mana yang lebih wangi keringat rusa, aroma bunga atau keringat manusia? Mana yang lebih indah, kulit hewan atau manusia? Cobalah bandingkan manusia dengan yang lainnya. Andai bukan anugerah tiupan ruh dan akal, apa jadinya manusia ini? Namun mengapa kedurhakaan pada Allah masih terus melekat?

 Taruhlah dunia dalam hati sesuai dengan tempatnya. Berfikirlah terhadap dunia sesuai dengan kedudukannya. Medan kehidupan dunia untuk apa? Itulah yang harus selalu ditanyakan pada hati kita.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun