Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Berantas Sarang Nyamuk : Selamatkan Masyarakat dari DBD

13 September 2025   22:29 Diperbarui: 13 September 2025   22:49 15 0

Pernahkah kamu mendengar sarang Nyamuk? Nyamuk memiliki sarang yang digunakan untuk bertelur di tempat penampungan/genangan air pada lingkungan sekitar. Nyamuk hidup dan  berkembang biak di tempat yang gelap serta lembab. Keberadaan Nyamuk disekitar kita perlu diwasapadai karena Nyamuk merupakan makhluk hidup yang dapat membawa penyakit melalui gigitannya. Nyamuk sendiri memiliki banyak jenis sehingga virus penyakit yang dibawa oleh Nyamuk pun berbeda-beda.  

Salah satu jenis penyakit yang ditularkan oleh Nyamuk adalah Demam Berdarah Dengue (DBD).  DBD ditularkan kepada manusia melalui Nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue. Apabila tubuh manusia yang terkena gigitan nyamuk tersebut  memiliki imunitas yang lemah maka akan menimbulkan Demam Berdarah Dengue (DBD). Gejala utama penyakit DBD adalah demam tinggi mencapai 39°C berlangsung selama 2-7 hari. Gejala lain seperti nyeri kepala, menggigil, bintik bintik merah pada kulit, mual & muntah hingga muntah darah, nyeri dibelakang mata, nyeri otot & tulang, gusi berdarah, mimisan serta buang air besar berwarna hitam. Gejala gejala tersebut perlu diwasapadai karena dapat mengancam keselamatan jiwa hingga menyebabkan kematian.

Penyakit Demam Berdarah Dengue menjadi salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia. Pada tahun 2024 dilaporkan 210.644 kasus dengan 1.239 kematian akibat DBD. Jumlah kasus ini lebih tinggi daripada kasus yang terjadi dalam periode satu tahun sebelumnya. Kementerian Kesehatan Indonesia telah mendata sebanyak 67.030 kasus DBD di Indonesia hingga pertengahan tahun 2025.

Salah satu akar permasalahan yang menyebabkan meningkatnya penyakit DBD ini adalah karena perkembangbiakan sarang Nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di penampungan air seperti bak mandi, vas bunga, tempat minum hewan peliharaan, selokan, kolam renang, dan tempat lainnya yang berpotensi menimbulkan genangan air. Dalam rangka membasmi keberadaan nyamuk Aedes aegypti maka perlu dilakukan pemberantasan sarang Nyamuk dengan gerakan yang dikenal dengan 3M Plush. Gerakan tersebut perlu disebarluaskan kepada masyarakat agar memiliki kesadaran dan dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari untuk mencegah penyakit DBD.  

Adapun langkah mudah yang bisa dilakukan sebagai berikut : 

1. Menguras 

Menguras merupakan kegiatan membersihkan tempat penampungan air seperti bak mandi atau toren untuk menghilangkan jentik Nyamuk. Kegiatan menguras dilakukan dengan mengosongkan tempat penampungan air lalu menyikat permukaan samping untuk membersihkan jentik dan telur yang menempel pada tempat penampungan air. Kegiatan menguras bak dilakukan minimal 1 kali dalam seminggu.

2. Menutup

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menutup rapat semua wadah atau barang yang kemungkinan bisa menjadi tempat tempat penampungan air sehingga nyamuk tidak memiliki celah untuk masuk dan meletakkan telurnya di permukaan air dalam penampungan tersebut.

3. Mengubur  atau mendaur ulang

Mengubur atau mendaur ulang benda-benda yang dapat menampung air hujan seperti kaleng atau botol bekas, ban-ban bekas, dan lain sebagainya.

Selain tiga cara diatas atau yang dikenal sebagai gerakan 3M, berikut ini merupakan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat sebagai Upaya pencegahan tambahan yang biasa disebut dengan Gerakan Plush :

1. Menggunakan obat anti nyamuk

Obat anti nyamuk sudah banyak diperjual belikan sehingga mempermudah masyarakat untuk mendapatkannya. Menggunakan obat anti nyamuk bertujuan untuk mencegah gigitan nyamuk pada kulit karena obat anti nyamuk mengandung aroma yang tidak disukai oleh nyamuk.

2. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi

Memasang kasa pada ventilasi bertujuan untuk  nencegah Nyamuk masuk ke dalam rumah. Hal ini penting dilakukan untuk menjaring nyamuk.

3. Tidur menggunakan kelambu

Jaring-jaring kelambu dapat digunakan untuk mencegah gigitan Nyamuk pada saat tidur.

4. Gotong Royong membersihkan lingkungan sekitar

Lingkungan sekitar merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan kebersihannya karena sebagian besar kegiatan manusia berada di lingkungan. Membersihkan lingkungan secara bersama-sama bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat agar dapat  mencegah perkembangbiakan Nyamuk dan sumber penyakit lainnya.

5. Tidak menggantung pakaian sembarangan

Menggantung pakaian di sembarang tempat seperti di belakang pintu dapat mengundang keberadaan Nyamuk. Alternatif yang bisa diterapkan adalah menyimpan pakaian yang sudah dipakai pada wadah/tempat tertutup.

6. Memberikan larvasida pada penampungan air

Salah satu merek dagang larvasida yang umum digunakan adalah abate. Abate berbentuk bubuk atau butiran yang berfungsi membunuh jentik dan larva nyamuk. Bubuk abate bekerja dengan cara menghambat sistem saraf serangga. Penggunaan bubuk abate ditaburkan ke genangan air seperti bak mandi atau tempat penampungan air lainnya, sehingga jentik mati sebelum menjadi nyamuk dewasa. Bubuk Abate bisa didapatkan di  puskesmas ataupun apotek.

Gerakan yang sudah dijelaskan pada poin di atas merupakan bentuk pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk memberantas sarang Nyamuk Aedes aegypti sebagai sumber penyebaran penyakit DBD. Gerakan yang dikenal dengan sebutan 3M Plush tersebut perlu disebarluaskan sehingga menimbulkan kesadaran masyarakat untuk mulai menerapkanya di kehidupan sehari-hari. Gerakan Pemberantasan sarang nyamuk ini diharapkan bisa menekan angka penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).


Sumber :

Marianingrum, Dyah, Kasih Purwati, and Najwa Firda Azhari. 2025. “Pengaruh Promosi Kesehatan Media Video Animasi Terhadap Pengetahuan Demam Berdarah Dengue Pada Siswa/I Di Smp Negeri 28 Batam Tahun 2024.” Zona Kesehatan: Jurnal Ilmu Kesehatan 19(1): 30–38.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2024. Jakarta: Kemenkes RI

Nining, F., et al. (2021). “Upaya Pencegahan DBD Melalui Peningkatan Kualitas Pengetahuan Masyarakat Tentang Cara Penyebaran dan Pemberantasan Penyakit DBD.” Journal of Community Engagement in Health, 4(1), 40-44.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun