Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Kenapa Pemilu Diumumkan Tanggal 22 Juli?

22 Juli 2014   21:27 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:33 110 0
Jawabannya bisa sederhana, bisa juga complicated. Bisa dijawab menggunakan hitung-hitungan ilmiah, atau menggunakan pendekatan sejarah. Bisa dijawab serius, bisa juga dijawab bari heureuy (sambil becanda) kalo kata orang Sunda.

Dari berbagai alternatif jawaban yang ada, saya memilih untuk menjawabnya dari sisi yang sederhana. Tanggal 22 Juli adalah minggu ketiga puasa. Dalam konteks ini, orang-orang yang hatinya baik dan pikirannya bersih akan berfikir, masih ada waktu 1 minggu bagi para kandidat capres cawapres dan pendukungnya untuk bisa menerima kekalahan kubunya dalam kontestasi rakyat kali ini. Masih ada cukup waktu untuk berdiskusi panjang lagi sebelum akhirnya mengakui bahwa kali ini pemenang pemilu adalah orang lain, dan masih ada ruang bagi introspeksi diri dan kelompok sebelum melakukan tindakan yang hanya akan mencederai perasaan rakyat. Tapi ngomong-ngomong, masih ada waktu dan ruang untuk apa? Untuk saling memaafkan di hari yang fitri, hari kemenangan bagi seluruh umat muslim yang menjalankan ibadah puasa, termasuk kedua kandidat calon Presiden RI, Prabowo dan Jokowi, yaitu Hari Raya Idul Fitri.

Momen Hari Raya Idul Fitri dianggap sebagai momen yang paling tepat untuk menurunkan segala tensi yang ada, meredakan segala ketegangan yang melanda, dan mengurangi syahwat berkuasa. Dengan Hari Raya Idul Fitri, kita rakyat berharap kedua pasangan capres dan cawapres lebih bisa memahami bahwa sebuah babak baru perjalanan hidup bangsa harus dimulai dari suasana yang fitri, bersih dan suci. Bahwa baik buruknya perjalanan bangsa ini ke depannya, bisa jadi akan ditentukan oleh sebuah langkah kecil dan sederhana, yang dimulai di Hari Raya Idul Fitri. Langkah yang dimulai dengan kata maaf dan saling memaafkan. Langkah yang diwarnai air mata penyesalan atas apa yang telah dilakukan, dan langkah yang didukung dengan hati yang ikhlas dan ridho atas kemenangan pihak lain, yang sejatinya merupakan kemenangan bersama bangsa Indonesia.

Ya, sesederhana itu. Kita patut bersyukur bahwa Hari Raya Idul Fitri menyediakan atmosfir keikhlasan yang luar biasa. Hari Kemenangan umat muslim ini juga menyediakan nuansa kebersamaan yang tidak ternilai harganya. Bahwa di hari ini pula, setiap orang dari berbagai suku dan agama serta keyakinannya masing-masing, akan saling meminta maaf dan memaafkan, atas segala salah dan khilaf, yang dilakukan secara sengaja atau tidak disengaja. Bahwa di hari yang fitri ini, ketika dosa telah dilebur oleh berlimpahnya pahala puasa, orang akan lebih mudah menerima, untuk kemudian mengakui, mendukung, dan kemudian berkomitmen untuk bersama-sama  membangun bangsa ini ke depannya. Bahwa di hari yang penuh rahmat ini, kemenangan adalah milik bersama, dan tiada yang lebih indah selain merayakan kemenangan itu sambil menikmati ketupat opor sambel goreng kentang plus emping dan rendang bersama orang-orang yang kita cintai.

Pertarungan adalah masa lalu, kerjasama dan kebersamaan adalah masa depan. Itulah mengapa pemilu diumumkan tanggal 22 Juli 2014....

bagi karena KPU sebagai lembaga penyelenggara pemilu tidak ingin terlalu lama menghadirkan ketidakpastian bagi rakyat Indonesia mengenai siapa yang akan memimpin bangsa ini 5 tahun ke depan. Dua minggu atau tepatnya 13 hari setelah pencoblosan, pengennya KPU sudah ada kepastian siapa Presiden Indonesia ke-7 dan rakyat sudah bisa kembali hidup normal setelah pertarungan yang melelahkan di masa kampanye.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun