Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Ny. Ratri mengantarkan Jenazah Suami; dan Surat Wasiat Almarhum [Mini Cerpen -76 Novelette 02/06]

5 Juni 2011   05:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:51 167 1

 

Ratri bekerja sampai jam 23.15 --- ketika ia memandang langit Jakarta jauh menghitam gelap melalui  jendela balkon apartemennya. Sedikit terlintas di benaknya. Apakah Jakarta gelap akan hujan ?  Lagu Stars Are Blind oleh penyanyi Paris Hilton --- Lagu kesayangannya terdengar , lagu yang selalu sangat memompa semangatnya. Bahkan dalam file-nya, lagu itu dinyanyikan oleh Paris Hilton dengan berbagai versi. Itu panggilan teleponnya,

“Bu, dokter Dermawan dan dokter Basuki ada di sini bu --- jam sepuluh tadi saya dengar bapak tersedak, ketika dilihat tidak ada gerak dadanya saya periksa polsnya, saya memanggil kedua dokter itu bu --- ini bu dokter Dermawan “

“Ibu, assalamualaikum --- memang pada pemeriksaan terakhir, telah kita diskusikan --- dan dalam catatan status pun mungkin ibu telah membaca --- Pak Mul memang bisa mendapat gangguan pernafasan yang akut.  Ternyata bu --- Allah telah berkeinginan --- Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Kami menantikan ibu…….”

Nyonya Ratri membangunkan sekretarisnya : “ Ori ………..bapak telah berpulang…………, ibu akan ke Kebayoran --- kamu atur E-mail ke semua relasi di luar negeri --- dan untuk di dalam negeri hanya kawan-kawan dekat bapak saja.   Konfirmasi ibu dulu isinya………….”

Di cermin dilihatnya airmatanya kembali mengambang --- lelaki yang telah mengawininya selama 47 tahun telah mendahuluinya. Ini saat-saat yang selalu ditunggunya, ditebak-tebak (siapakah diantara mereka yang mendahului ?) Ia memberi tanda di kalender --- terbacanya kata-kata muiara yang dikutipnya dari majalah Per-bank-an.  Business Success Rule #1 : ‘Use your good judgement in all situations. There will be no additional rules. “  Ia acuh saja.

“Max, sedang apa ?  Ibu dapat kemalangan, suami ibu wafat, ibu akan ke Kebayoran --- you mau menyetir untuk ibu ?”

“Bu, saya turut berdukacita. Okay saya siap”

Mereka bertemu di gate menuju basement.  Kesempatan Markus mencium pipi Nyonya Ratri.  Markus menyetel joknya, tercium parfum lembut milik Ratri.  Ia tidak menanyakan proses kematian Pak Mulyoto, ia sudah mendengar detail tentang kesehatan Pak Mul.

Nyonya Ratri telah mengabari ketiga anak-anaknya --- mereka tidak terkejut sekali dengan berpulangnya  ayah mereka --- karena Pak Mul telah lama sekali sakit dan invalid.  Setelah kedatangan Ratri --- Romy dan Betty pun tiba pula.

Menjelang Ashar --- almarhum Mulyoto telah selesai dikebumikan.  Nyonya Ratri dan ketiga anaknya mendapat simpati dari sanak keluarga dan teman-temannya yang bisa tiba pada saat itu.  Ratri juga menerima ucapan dukacita  dari teman dan relasinya.

Ratri puas bahwa semua ritual untuk jenazah suaminya bisa diselenggarakan dengan tertib dan penuh --- terutama rombongan dari Pesantren Aba’ ul Aytam datang dengan Ajengan Kyai Amiruddin yang melakukan tiga kali khatam al Qur’an --- dan mereka turut melakukan Tahlil sampai hari ketiga.

Dari Safety Box Bank Nyonya Ratri mengambil Surat Wasiat yang pernah dibuatnya dengan Pak Mulyoto sewaktu almarhum masih bisa berkomunikasi --- Ia telah membuat janji dengan Notaris dan anak-anaknya agar berkumpul di rumah Kebayoran.  Itu adalah hari ke delapan wafatnya Pak Mul.

Setelah Nyonya Ratri mengantarkan tujuan pertemuan pagi itu --- Notaris menunjukkan Sampul yang diserahkan Ratri, diperiksa masih dilak tertutup ……………dibacakan dan setiap kali disesuaikan dengan bacaan Copy oleh Sekretaris Notaris.  Dengan persetujuan Ratri --- kemudian Radityo, Ramses, dan Romi mengakui mengerti isi Wasiat Sang Bapak.

“Surat Wasiat ini hanya menyangkut Deposito bapak plus hasilnya sampai tanggal kita melakukan split sesuai dengan Wasiat bapak ---- semua perusahaan dengan asetnya masing-masing tidak termasuk pada isi Surat Wasiat --- semua perusahaan tunduk pada status sebagaimana dinyatakan oleh Akte Notaris masing-masing --- dimana almarhum telah melepaskan segala haknya. Khusus segala urusan yang menyangkut isi Surat Wasiat ini kita selesaikan mulai hari ini --- sebagaimana rencana semula, kebetulan semua anak-anak berkumpul di Jakarta.  Maka nanti sore kita kumpul kembali di sini --- ibu dan anak-anak serta semua menantu !”

Setelah Notaris meningalkan pertemuan --- Nyonya Ratri, kembali merapatkan pertemuan keluarganya, anak-anak dan menantu.

“Di dalam sampul Surat Wasiat tadi ada amplop pribadi almarhum, yang harus ibu bacakan dihadapan anak-anak semua --- ibu kira-kira masih mengingat sedikit isinya………………..’ Anak-anak-ku dan Ratri --- ketika surat ini dibaca tentu bapak telah berpulang, bapak hampir menyadari bahwa ketika dokter mengevaluasi kesehatan bapak yang terakhir.  Jelas kesehatan bapak sudah sangat menurun --- wajar bapak merasa bahwa bapak akan mendahului kalian --- pesan bapak, ingatlah selalu bersyukur kepada Allah, karena kita diberinya hidup yang sangat berbahagia dan berkecukupan. Cintailah ibunda selalu --- jangan durhaka.  Kompak dan sepakatlah selalu dengan sesama saudara.  Wassalam bapak (surat pendek itu ditanda tandatangani Drs. Mulyoto Reksowiguno dan juga ada tandatangan Ratri”

Setelah membacakan surat itu Nyonya Ratri menangis sesunggukan dipeluk Betty, Sang Menantu.   Nyonya Ratri bersyukur bahwa satu agenda yang dari dulu selalu menjadi pikirannya --- telah terselesaikan.  Ketiga anak-anaknya paling tidak telah mendapat Cash dari deposito Bapak mereka Rp. 28 milyar masing-masing.  Sedang yang menjadi bagian Ratri sudah  dinazarkan dibagi empat --- untuk dana cucu-cucunya, satu yayasan pesantren di Sukabumi dan satu di Kali Tanjung, dan seperempat lagi untuk Yayasan Anak-anak Cacat.

Mereka dengan cucu-cucu berangkat ke makam Pal Mulyoto. Menjelang magrib mereka telah sampai kembali di rumah Kebayoran Baru."Langkah, Rejeki, Pertemuan, dan Maut adalah Rahasia Allah --- Bersyukurlah sewaktu menerima Nikmat-Nya, dan Laksanakanlah Ujian-Nya dengan Tawwakal............"

 

*)Foto ex Internet

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun