Suara Gadget membuyarkan lamunanku, segera kuangkat agar ia tak lagi bersuara. Say dimana, pengen ngobrol nich. Suara Nina di telpon dengan nyaringnya. Sore ini aku janji ketemu Nina di cafe tempat biasa kami kongkow. Aku lagi di rumah nich, siap otw, kataku. Segera kuberanjak dari duduk manisku. Kulajukan motor memecah ramainya jalan untuk bertemu kawan setia.
Kami empat sekawan dipertemukan di kota yang sama. Hingga akhirnya menjadi sahabat sejati. Tempat kos yang berdeketan, tempat kuliah yang sama itu yang membuat kami akhirnya menjadi dekat. Kami sama2 kenal dekat dengan orang tua masing-masing, ketika orang tua siapa pun diantara kami datang, kita berempat akan ngumpul menyambut kiriman dan diakhiri makan bersama.
Hay.... Udah lama nunggu ya, sapaku ketika sampai tujuan. Enggk kok baru nyampe juga, kata Nina. kayaknya serius nih to the point aja dech, gurowku. Nina sejenak merenung, ia menatap lekat wajahku. Lalu berkata "ini masalah serius Yun". Okay aku siap mendengerkan, selaku.
Nina mulai berkisah tentang sahabat kami yang tidak pernah diduga sebelumnya, ia yang pendiam memiliki orientasi lain. Ia lebih suka dan tertarik ke sesama jenis dari pada lawan jenis. Dan parahnya teman kencannya adalah teman kami juga. Sani, Errni dua sahabat kami.