Untuk mewujudkan upaya tersebut, Saya, Mutia Kurnia Sari dibantu rekan - rekan saya melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode joyful learning di SD Negeri Kalibogor pada 22 Juli 2025 sebagai salah satu program kerja GIAT 12 Universitas Negeri Semarang, di mana saya mengajak siswa belajar mengenai mata pelajaran IPAS materi pengaruh aktivitas manusia terhadap lingkungan dengan tambahan praktik eksperimen gunung meletus. Kegiatan yang berlangsung di kelas enam ini, dimulai dengan penjelasan mengenai bagaimana aktivitas manusia, seperti penebangan hutan, pencemaran air, dan pembuanan sampah sembaranganan, dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Setelah memahami teori, siswa diajak melakukan praktik eksperimen gunung meletus menggunakan bahan-bahan sederhana seperti soda kue, citric acid, sabun cair, dan pewarna makanan merah. Dengan botol yang dibentuk menyerupai gunung, siswa secara bersama-sama mencampurkan bahan tersebut hingga menghasilkan letusan buatan yang menyerupai peristiwa alam.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif baik dari sisi siswa dan juga guru sekolah. Guru menyebutkan bahwa, praktik pembelajaran seperti ini adalah hal baru bagi mereka, karena belum pernah melakukan praktik pembelajaran seperti eksperimen ini. Dari sisi siswa sorak kegembiraan terdengar saat cairan berwarna merah menyembur keluar layaknya lava panas. Hal ini kemudian dikaitkan dengan fenomena yang terjadi dengan materi pembelajaran, menjelaskan bahwa meskipun gunung meletus adalah bencana alam, kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia dapat memperparah dampak yang ditimbulkan. Dari sini, siswa belajar bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama agar bencana tidak semakin merugikan manusia.
Melalui kegiatan ini, terlihat jelas bahwa metode joyful learning mampu membuat siswa lebih aktif, kreatif, dan bersemangat. Mereka tidak hanya memperoleh pengetahuan akademik, tetapi juga pengalaman berharga yang akan membentuk kesadaran peduli lingkungan sejak dini. Pihak sekolah berharap, pembelajaran yang menyenangkan semacam ini dapat terus dikembangkan agar siswa lebih mencintai ilmu sekaligus lebih peduli terhadap alam di sekitarnya.Â