Selama 20 tahun, ia belajar hidup dengan kehilangan. Ia tumbuh tanpa pelukan seorang ayah, tanpa suara yang menyemangatinya saat jatuh, tanpa figur lelaki pertama yang biasanya jadi panutan. Ia belajar menjadi kuat, karena baginya, tidak ada pilihan lain selain berdiri sendiri. Ia mengukir mimpi dengan ketabahan, dan menjadikan kenangan samar tentang sosok ayah sebagai alasan untuk terus maju.
Namun hidup memiliki cara tersendiri untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya.
Suatu hari, saat semuanya tampak stabil dan terkendali, hidup memberinya kejutan terbesar: ia menemukan bahwa ayahnya... ternyata masih hidup.