Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Memahami filsafat dakwah dan keilmuan dakwah

22 September 2025   22:25 Diperbarui: 22 September 2025   22:19 9 0
Memahami Filsafat Dakwah dan Keilmuan Dakwah: Antara Arah dan Langkah
Ketika kita membahas tentang dakwah, banyak orang langsung berpikir tentang ceramah, khutbah, atau sekedar menyampaikan ajaran Islam. Namun, sesungguhnya dakwah jauh lebih luas daripada sekedar "berbicara di depan banyak orang. " Dakwah adalah upaya untuk menciptakan kesadaran, menanamkan nilai-nilai, bahkan membangun peradaban. Di sinilah filsafat dakwah memainkan peran penting: ia mengajarkan kita untuk tidak hanya bertanya "apa yang disampaikan," tetapi juga "mengapa dakwah itu penting" dan "bagaimana cara terbaik untuk melaksanakannya. "
Di sisi lain, terdapat juga yang dinamakan keilmuan dakwah. Jika filsafat memberikan kerangka berpikir yang mendalam, keilmuan dakwah hadir sebagai panduan praktis---seperti peta jalan. Ia membantu dakwah agar berjalan dengan lebih sistematis, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan zaman, baik melalui ceramah, media sosial, pengorganisasian komunitas, atau pemberdayaan masyarakat. Jadi, filsafat memberikan arah, sedangkan keilmuan memberikan langkah.
Apa itu Filsafat Dakwah?
Secara umum, filsafat dakwah adalah upaya untuk memahami makna terdalam dari dakwah itu sendiri. Ia mencakup aspek-aspek mendasar seperti:
Apa sebenarnya dakwah itu?
Mengapa penting bagi manusia untuk berdakwah?
Untuk siapa dakwah ditujukan?
Dalam filsafat, terdapat tiga dimensi pokok:
Ontologi membahas hakikat dakwah (apa dan siapa yang terlibat).
Epistemologi bagaimana kita mengetahui dan melaksanakan dakwah dengan cara yang benar.
Aksiologi untuk apa dakwah dilakukan, nilai apa yang ingin diraih.
Artinya, dakwah tidak seharusnya hanya menjadi rutinitas, melainkan harus dipenuhi dengan kebijaksanaan, peka terhadap kondisi sosial, serta memiliki tujuan yang jelas.
Keilmuan Dakwah: Dari Teori ke Aksi
Sementara itu, jika filsafat dakwah memberikan landasan, keilmuan dakwah berfungsi sebagai cara untuk menerapkannya. Beberapa pilar dari keilmuan dakwah di antaranya adalah:
Normatif-teologis tetap bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah.
Empiris-sosiologis harus mampu membaca dengan sensitif kondisi sosial dan budaya masyarakat.
Praktis-komunikatif bisa menyampaikan pesan dengan cara yang efektif dan mudah dipahami.
Dengan begitu, dakwah tidak berakhir di "menyampaikan," tetapi juga membantu umat dalam menghadapi permasalahan nyata, seperti krisis moral, penurunan spiritual, atau tantangan globalisasi.
Hubungan Keduanya
Filsafat dakwah dan keilmuan dakwah dapat diibaratkan sebagai kompas dan peta jalan.
Filsafat = kompas menetapkan arah tujuan dakwah.
Keilmuan = peta jalan menggambarkan langkah praktis untuk mencapai tujuan.
Jika hanya ada filsafat tanpa keilmuan, dakwah berpotensi jadi hanya sekedar wacana tanpa tindakan nyata. Sebaliknya, jika hanya ada keilmuan tanpa filsafat, dakwah bisa kehilangan jiwa dan makna. Oleh karena itu, keduanya harus saling melengkapi.
Relevansinya di Zaman Sekarang
Di era digital saat ini, hubungan antara filsafat dan keilmuan menjadi semakin penting.
Filsafat dakwah mengingatkan kita bahwa tujuan utama dakwah adalah memberikan rahmat bagi seluruh alam, bukan sekadar untuk menjadi viral atau terkenal.
Keilmuan dakwah membantu merumuskan strategi praktis, misalnya dengan memanfaatkan media sosial, teknik komunikasi yang bersifat persuasif, atau pendekatan psikologis.
Dengan adanya sinergi ini, dakwah dapat tetap relevan, berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dan mampu menyentuh hati masyarakat.
Penutup
Secara ringkas, dakwah yang ideal adalah dakwah yang didasari oleh filsafat dan dilaksanakan dengan keilmuan. Filsafat memberikan landasan dan jiwa, sementara keilmuan memberikan struktur dan metode. Dengan keduanya, dakwah bukan hanya menjadi kegiatan seremonial, tetapi juga sebuah gerakan intelektual, spiritual, dan sosial yang dapat membawa berkah bagi seluruh umat manusia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun