Di malam kedua kami di Madinah, langit begitu bersih. Lampu-lampu Masjid Nabawi menyala lembut, membentuk siluet menenangkan di tengah dinginnya angin gurun. Jamaah berjalan perlahan menuju masjid, dengan langkah-langkah penuh harap. Tapi malam itu, bagiku terasa berbeda. Lebih dari sekadar ibadah biasa, ada rasa syukur yang tak bisa kusembunyikan. Semuanya berawal dari sebuah percakapan santai dengan Pak Mulyadi—teman sekamar di hotel sekaligus sesama jamaah haji dari Tulungagung, Jawa Timur.
KEMBALI KE ARTIKEL